Page 18 - Modul_Menulis Cerita Bermuatan Kearifan Lokal Sasambo (Ria Saputri) Fix_Neat
P. 18
Cerita Pendek 2:
“Juki yang lain masih banyak, Wa.
Mak Nur semakin khawatir jika Riwa kenapa-kenapa. Coba lihat Sabil yang cedera karena Mak khawatir jika Riwa jatuh. Coba lihat Sabil yang cedera karena jatuh tahun lalu.
terinjak kuda. Belum lagi kakaknya yang meninggal karena kecelakaan saat pacuan kuda.” Mak Belum lagi kakaknya yang meninggal karena kecelakaan saat pacuan kuda.” Mak
mencoba menahan Riwa. mencoba menahan Riwa.
“Tolong izinkan Riwa sekali ini saja ya, Mak. Setelahnya, Riwa tidak akan mengikuti pacuan kuda “Tolong izinkan Riwa sekali ini saja ya, Mak. Setelahnya, Riwa tidak akan mengikuti
lagi. Riwa janji pada Mak.” Riwa memohon pada Mak supaya dizinkan bertanding sekali lagi. pacuan kuda lagi. Riwa janji pada Mak.” Riwa memohon pada Mak supaya dizinkan
*** bertanding sekali lagi.
Arena pacuan kuda mulai ramai dipenuhi penonton. Pejabat dari ibu kota sudah duduk di ***
kursi tamu di bawah terop besar. Pacuan kuda yang sering diadakan di musim kemarau ini tidak Arena pacuan kuda mulai ramai dipenuhi penonton. Pejabat dari ibu kota sudah
menyurutkan semangat penonton untuk datang, walaupun debu tebal mengepul dan menempel pada duduk di kursi tamu di bawah tenda besar. Pacuan kuda yang sering diadakan di musim
pakaian. Semua joki cilik telah bersiap di garis start, tinggal menunggu aba-aba dari panitia untuk kemarau ini tidak menyurutkan semangat penonton untuk datang, walaupun debu tebal
melaju mengendarai kuda andalan mereka. Riwa dengan kuda kesayangannya terlihat begitu mengepul dan menempel pada pakaian. Semua joki cilik telah bersiap di garis start, tinggal
bersemangat, walaupun kali ini adalah pacuan terakhirnya. menunggu aba-aba dari panitia untuk melaju mengendarai kuda andalan mereka. Riwa
“Satu…dua…tiga…!” dengan kuda kesayangannya terlihat begitu bersemangat, walaupun kali ini adalah
Aba-aba pertandingan telah diserukan, disambut oleh joki cilik yang menarik tali kekang pacuan terakhirnya.
kuda. Para joki cilik melesat saling kejar di arena yang berbentuk lingkaran besar. Debu memenuhi “Satu…dua…tiga…!”
arena yang membuat pandangan mata terhalang dan hidung terasa penuh bau tanah. Para joki cilik Aba-aba pertandingan telah diserukan, disambut oleh joki cilik yang menarik tali
begitu tangkas dan berani. Mereka memacu kuda dengan pelindung kepala dan tubuh seadanya. kekang kuda. Para joki cilik melesat saling kejar di arena yang berbentuk lingkaran besar.
Bahkan tanpa alas kaki yang seharusnya melindungi kaki kecil mereka. Riwa terlihat memimpin di Debu memenuhi arena yang membuat pandangan mata terhalang dan hidung terasa
lintasan dengan gerakan kuda yang tangkas. Riwa menarik perhatian banyak penonton karena penuh bau tanah. Para joki cilik begitu tangkas dan berani. Mereka memacu kuda dengan
selama ini sering keluar sebagai juara. Tidak berbeda jauh dengan perlombaan sebelumnya, kali ini, pelindung kepala dan tubuh seadanya. Bahkan tanpa alas kaki yang seharusnya
di pertandingan terakhirnya, nama Riwa kembali bergema dari pengeras suara sebagai juara. melindungi kaki kecil mereka. Riwa terlihat memimpin di lintasan dengan gerakan kuda
yang tangkas. Riwa menarik perhatian banyak penonton karena selama ini sering menjadi
juara. Tidak berbeda jauh dengan perlombaan sebelumnya, di pertandingan terakhirnya,
nama Riwa kembali bergema dari pengeras suara sebagai juara.
Setelah turun dari pelana kudanya, Riwa berjalan menuju podium juara. Riwa
merasa bahagia dan sedih di waktu bersamaan. Tapi, demi Mak, Riwa harus menepati
janjinya supaya berhenti menjadi juki, gelar yang diimpikan hampir seluruh anak di
kampungnya.
12