Page 72 - Nanos Gigantos Humeris Insidentes
P. 72

Secara formal, konsesi lahan komunal diserahkan kepada
                perusahaan perkebunan dalam bentuk Hak Guna Usaha
                (HGU). Hal ini menghilangkan hak masyarakat adat terhadap

                lahan komunal. Mereka diajak bergabung dalam skema inti-
                plasma perkebunan sawit. Skema ini mengharuskan mereka
                menyerahkan lahan untuk mendapatkan sepetak kebun sawit
                dengan perbandingan 5:2 atau 7:2. Artinya, mereka memberikan
                lima atau tujuh hektar lahan dan mendapatkan dua hektar lahan
                yang sudah ditanami sawit. Sisa tiga atau lima hektar lahan
                tersebut menjadi milik perusahaan inti perkebunan. Meskipun

                kebun sawit yang mereka dapatkan itu lebih kecil daripada
                lahan yang mereka serahkan, setelah mendapatkan kebun
                sawit mereka harus membayar cicilan untuk melunasi kebun
                tersebut. Hasil bulanan yang mereka dapat dari panen sawit
                dipotong oleh perusahaan, antara lain untuk membayar cicilan,
                pemeliharaan  infrastruktur,  ongkos  transportasi,  pembelian
                pupuk, dan bibit.

                     Pemerintah  memberlakukan  sertifikasi  lahan  pribadi
                berkenaan dengan pembukaan perkebunan sawit. Proses
                formalisasi kepemilikan lahan ini menunjuk laki- laki kepala
                keluarga sebagai pemilik lahan. Perempuan dapat menjadi
                pemilik lahan secara formal jika suaminya meninggal atau
                bercerai. Satu perempuan bukan janda yang diwawancara dalam
                penelitian ini mengatakan bahwa ia membuat KTP dengan

                status janda supaya bisa memiliki lahan secara formal. Tadinya,
                secara adat, perempuan Dayak Hibun memiliki lahan, misalnya
                melalui warisan. Namun, akibat proses formalisasi kepemilikan
                lahan, sertifikat lahan itu harus atas nama suaminya. Akibatnya,
                kontrol perempuan terhadap penghasilan keluarga berkurang.
                Perempuan yang mengalami hal ini ada yang harus menjadi
                penderes karet di kebun tetangga untuk memenuhi keperluan





                                           36
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77