Page 121 - Perspektif Agraria Kritis
P. 121

Perspektif Agraria Kritis



              JAMINAN AKSES

                     Dalam  konteks  ketimpangan  agraria,  jaminan  akses
              rakyat  atas  sumber-sumber  agraria  menjadi  langkah  pertama
              yang harus diwujudkan. Melalui langkah ini harus dipastikan
              agar (re)distribusi atas sumber-sumber agraria dan beragam
              manfaat  ekonomi  dan  politik  yang  dihasilkannya  dapat
              berlangsung  se-inklusif  mungkin  di  antara  sesama  anggota
              masyarakat. Proses ini juga harus dipastikan dapat memihak
              pada  kebutuhan  dan  kepentingan  kelompok  miskin  dan
              marginal di pedesaan (pro-poor land reform).
                     Untuk mewujudkan hal itu, kebijakan reforma agraria
              harus  memastikan  terjadinya  aliran  manfaat  yang  bersifat
              lintas lapisan sosial, yakni dari pihak di mana konsentrasi aset
              agraria  terjadi  kepada  para  petani  pengguna  tanah  atau
              potensial pengguna tanah yang tergolong kelompok marjinal
              di  pedesaan.  Pihak  pertama  bisa  berupa  negara,  korporasi,
              desa,  komunitas,  tuan  tanah,  lapisan  atas  desa,  dan  lain-lain.
              Sementara pihak kedua bisa berupa petani gurem, buruh tani,
              warga miskin, pemuda(i) pengangguran, dan lain-lain.

                     Sebaliknya,  kebijakan  reforma  agraria  harus  sedapat
              mungkin menghindarkan aliran manfaat yang berlangsung di
              antara  lapisan  sosial  yang  sama.  Sebab,  hal  itu  berarti  satu
              bentuk  pengukuhan  status  quo,  bukan  reform.  Apalagi  jika
              aliran  manfaat  itu  berlangsung  secara  terbalik,  yakni  dari
              pihak kedua (kelompok miskin dan marginal) kepada pihak
              pertama  (kelompok  yang  kuat  secara  ekonomi  dan  politik).
              Yang terakhir ini merupakan proses rekonsentrasi; jadi, satu
              bentuk counter-reform! (Borras & Franco 2008).

                     Berbeda dari redistribusi, kebijakan legalisasi aset pada
              dasarnya  membatasi  diri  pada  penguatan  legalitas  atas
              penguasaan  tanah  yang  sudah  ada.  Dalam  kondisi  di  mana
              struktur  agraria  bersifat  timpang,  kebijakan  legalisasi  justru




                                          56
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126