Page 129 - Perspektif Agraria Kritis
P. 129

Perspektif Agraria Kritis



              PEMBARUAN TATA PENGURUSAN AGRARIA SEBAGAI PROSES

                     Berbeda  dari  agenda  reforma  agraria  yang  bersifat
              gebrakan  cepat  dan  terikat  waktu,  agenda  pembaruan  tata
              pengurusan  agraria  pada  dasarnya  merupakan  “cara
              menyelenggarakan sesuatu” yang mesti dijalankan secara ajeg
              dan berkelanjutan. Perbedaan ini tidak terlepas dari konsep
              dasar  agenda  kedua  ini,  yakni  sebagai  sebuah  “tata
              pengurusan”  (governance).  Di  sini  yang  menjadi  penekanan
              utama  adalah  “all  of  the  processes  of  governing”  (segenap
              proses  penyelenggaraan  pengurusan  sesuatu)—yang  dalam
              konteks  buku  ini  diterapkan  pada  bidang  agraria  (oleh
              karenanya, disebut “tata pengurusan agraria”).

                     Seperti  telah  dibahas  sebelumnya,  tata  pengurusan
              agraria  secara  khusus  ditujukan  pada  proses  penyelenggaraan
              segenap  aspek  penguasaan  dan  pemilikan  sumber-sumber
              agraria  berikut  pemanfaatan,  pendayagunaan  maupun
              pengusahaannya, serta tidak luput pula distribusi manfaatnya di
              antara  pihak-pihak  yang  terlibat  dan/atau  berkepentingan.
              Mengingat  relasi  sosio-agraria  di  antara  berbagai  pihak  di
              seputar  aspek-aspek  keagrariaan  ini  tidak  pernah  lepas  dari
              dinamika  kompetisi  dan  bahkan  eksploitasi,  maka  semua
              proses pengurusan atas aspek-aspek ini harus dimonitor secara
              periodik, bahkan jika perlu terus dikoreksi. Keharusan semacam
              ini  memang  tidak  bisa  dielakkan  mengingat  kondisi
              kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan keagrariaan juga
              akan  terus  muncul  dari  waktu  ke  waktu  dalam  bentuk  dan
              akibat yang kerap berubah-ubah.
                     Dalam  arti  ini,  pembaruan  tata  pengurusan  agraria
              memang  tidak  bisa  bersifat  “sekali  dan  untuk  seterusnya”
              (once for all), melainkan merupakan perjuangan sosial yang
              tak  kunjung  putus  seiring  dengan  pertarungan  akses  dan
              eksklusi  yang  terus  berlangsung  di  antara  berbagai  subjek
              agraria. Selain itu, ia juga  harus dapat diartikulasikan ulang


                                          64
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134