Page 80 - Perspektif Agraria Kritis
P. 80
Bagian I. Pendahuluan
(2010), yaitu: (1) siapa menguasai sumber agraria apa (who
owns what?); (2) siapa melakukan aktivitas produksi apa
terhadap sumber agraria tersebut (who does what?); (3) siapa
memperoleh hasil apa dari aktivitas produksi tersebut (who
gets what?); dan (4) digunakan untuk apa hasil produksi
tersebut (what do they do with it?). Pertanyaan kunci yang
terakhir berikut ini ditambahkan oleh White (2011), yaitu: (5)
apa saja yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat
dan/atau yang berkepentingan kepada sesama mereka satu
sama lain (what do they do to each other?).
Pertanyaan pertama pada dasarnya mengenai relasi-
relasi sosial terkait berbagai bentuk rezim penguasaan dan
pemilikan atas sumber-sumber agraria. Untuk merujuk relasi
sosial agraria ini, dua istilah “property” dan “tenure” sering
dipergunakan secara bergantian untuk maksud yang sama.
Namun, istilah yang pertama sebenarnya lebih banyak dipakai
oleh para ahli hukum dengan pengertian yang terbatas pada
kepemilikan invidual, seperti yang jamak ditemukan pada
masyarakat Barat. Sebaliknya, para ilmuwan sosial—yang
menjumpai keragaman dan kompleksitas rezim penguasaan
pada berbagai masyarakat non-Barat—cenderung menghindari
istilah pertama ini dan lebih senang menggunakan istilah
tenure. Menurut mereka, istilah terakhir ini lebih tepat untuk
menggambarkan bagaimana berbagai macam hak bisa melekat
pada objek yang sama (tanah, misalnya), dan hak-hak ini bisa
saja dimiliki oleh beberapa orang atau kelompok yang berbeda
(Afiff 2005).
Pertanyaan yang kedua berkenaan dengan pembagian
kerja secara sosial di antara berbagai pihak yang terlibat di
dalam proses produksi. Pembagian kerja ini bergantung pada
relasi-relasi sosial yang terstruktur pada suatu masyarakat
yang berlangsung antara, misalnya, pemilik tanah dan petani
penggarap, petani dan penyedia modal dan saprodi, produsen
15