Page 85 - Perspektif Agraria Kritis
P. 85

Perspektif Agraria Kritis


               kini  sudah  memasuki  tahun  keempat  dan  status  mereka  tetap
               BHL. Di antara mereka tidak ada yang dilatih menjadi operator alat
               berat,  pekerjaan  yang  dinilai  bergengsi,  atau  duduk  di  kantor
               berhadapan  dengan  komputer  layaknya  gambaran  menjadi
               pegawai… (hlm. 68-70).
               Mama tidak pergi memangkur sagu karena pekerjaan ini tidak bisa
               dilakukan seorang diri, harus saling bantu antara bapa dan mama.
               Maka,  karena  bapa  pergi  bekerja  di  perusahaan,  terpaksalah  beli
               beras. Bapa harus pergi kerja untuk dapat uang sehingga tidak bisa
               pergi berburu. Jadi, kecukupan protein untuk anak harus didapat
               dari ikan kaleng, yang tidak bisa dibeli setiap hari…
               Akhirnya, … dalam beberapa tahun berselang sejak bapa menjadi
               buruh  perusahaan,  tubuh  mama  menjadi  kurus  seperti  pinsil
               karena hanya makan satu kali satu hari. Ia mendahulukan bapa
               dan  anak-anak.  Untuk  menahan  lapar,  mama  banyak
               mengonsumsi  pinang  dan  tembakau.  Akibatnya,  …  banyak  ibu
               menyusui  memiliki  bayi  yang  menderita  Infeksi  Saluran
               Pernapasan  Akut.  Bidan  kampung  pun  terkejut  karena  dalam
               sejarah 12 tahun mengabdi di Zanegi, baru kali ini ia menemukan
               15 anak penderita buruk dan kurang gizi. Penyakit tuberkulosis
               juga  diderita  orang-orang  kampung  karena  mereka  semakin
               banyak  mengonsumsi  tembakau  dan  rokok…  Bahkan,  berita
               terakhir dari kampung Zanegi mengabarkan meninggalnya 5 anak
               balita karena gizi buruk (hlm. 72-73).

                     Kutipan  panjang  di  atas  telah  menyajikan  fragmen-
              fragmen  kehidupan  masyarakat  Marind    yang  melukiskan
              bentuk-bentuk  konkret  dari  dominasi,  ketimpangan  dan
              ketidakadilan di seputar empat proses relasi sosio-agraria yang
              telah  diulas  di  atas:  (1)  penguasaan  dan  pemilikan  serta  (2)
              penggunaan  dan  pemanfaatan  sumber-sumber  agraria;  (3)
              pembagian  kerja  dan  relasi  produksi  yang  berlangsung  di
              dalamnya; serta (4) penciptaan surplus dari ketiga proses ini
              beserta dinamika akumulasi, ekspansi dan distribusinya.
                     Mengacu pada keempat proses relasi sosio-agraria ini,
              dan  dengan  mengabstraksikan  berbagai  bentuk  dominasi,
              ketimpangan, dan ketidakadilan pada masyarakat Marind di
              atas, maka pada aras konseptual dapat dikonstruksikan empat
              kategori persoalan agraria sebagai berikut:



                                          20
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90