Page 89 - Perspektif Agraria Kritis
P. 89
Perspektif Agraria Kritis
hanya ditempatkan pada level komunitas atau kabupaten
belaka. Alih-alih demikian, keempatnya harus ditelusuri
keterkaitan timbal baliknya dengan berbagai faktor maupun
jejaring pelaku yang cukup kompleks pada beragam level
konstelasi. Hal ini mulai dari aras komunitas lokal, distrik,
kabupaten, provinsi, nasional, dan bahkan hingga global.
Belajar dari kompleksitas transformasi masyarakat
Marind seperti disajikan di atas, maka “perspektif agraria
kritis” berupaya untuk menelusuri lapis-lapis keterkaitan
antara keempat persoalan agraria ini dengan dinamika dan
konteks yang mendasari atau yang melingkupinya. Dengan
mengambil ilustrasi sistem pertanian, penelusuran berjenjang itu
bisa dimulai dari level paling kecil berupa plot usahatani,
selanjutnya naik lebih luas ke unit produksi, lantas naik
setingkat lagi ke lansekap setempat ataupun lansekap yang
lebih besar lagi (yang terakhir ini dapat lintas administrasi
pemerintahan, tergantung pada karakteristik kawasan eko-
regionnya). Akhirnya, kontekstualisasi persoalan agraria ini
juga harus memperhitungkan level teritori yurisdiksi, misalnya
antara rezim kehutanan versus rezim pertanahan (yang
dualismenya mencakup seluruh penjuru tanah air) ataupun
perjanjian free trade antar negara (yang yurisdiksinya
3
mencakup tingkat kawasan dan bahkan global).
Dalam kontekstualisasi berjenjang secara progresif ini
ada tiga hal yang mesti dapat ditelusuri pada masing-masing
level di atas. Pertama, faktor-faktor apa saja yang menimbulkan
“perubahan agraria-lingkungan” (agrarian-environmental
transformation) yang sedang berlangsung. Kedua, konstelasi
aktor macam apa yang turut terlibat dan/atau berkepentingan
3 Kontekstualisasi berjenjang hingga level lansekap ini disarankan
oleh Cochet (2012 ; lihat Gambar 1.3 di bawah). Sedangkan
kontekstualisasi pada level teritori yurisdiksi merupakan tambahan
dari penulis.
24