Page 93 - Perspektif Agraria Kritis
P. 93
Perspektif Agraria Kritis
bidang pertama mengandaikan perubahan di bidang kedua,
begitu pula sebaliknya. Untuk menekankan kesalingterpautan
ini, istilah agrarian-environmental transformations mulai
banyak digunakan dalam berbagai forum maupun literatur
4
akademik kontemporer. Dan dalam arti inilah kompleksitas
empat persoalan agraria di atas seharusnya dipahami.
TATA PENGURUSAN AGRARIA (AGRARIAN GOVERNANCE)
Dihadapkan pada empat persoalan agraria yang pada
tiap jenjangnya memiliki kompleksitas masing-masing (lihat
Gambar 1.3)—di dalam mana isu “keagrariaan-lingkungan”
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan—“perspektif
agraria kritis” secara konsisten menekankan pentingnya
upaya-upaya pembaruan yang mendasar dan kontinyu atas
tata pengurusan agraria. Pembaruan ini dilakukan untuk
mengoreksi struktur penguasaan dan pemilikan sumber-
sumber agraria yang rentan dan/atau timpang, merombak
relasi produksi dan distribusi surplus yang eksploitatif, serta
menata ulang alokasi ruang dan pendayagunaan sumber-
sumber agraria yang tidak produktif, tidak berkelanjutan, serta
bias pada kepentingan kota dan industri.
Penting dicatat bahwa frase “tata pengurusan” ini—
atau governance dalam bahasa aslinya—merupakan istilah
yang maknanya seringkali dikontestasikan. Di lingkungan
organisasi-organisasi donor internasional maupun badan-
4 Sebagai misal, konferensi akademik internasional di Chiang Mai, pada
5-6 Juni 2015 mengangkat topik berikut ini: “Land Grabbing, Conflict
and Agrarian-environmental Transformations: Perspectives from East
and Southeast Asia.” The Journal of Peasant Studies, jurnal berwibawa
dengan impact factor 4.1, baru-baru ini juga menerbitkan edisi khusus
(Vol. 44, Issue 4, 2017) dengan topik: “Southeast Asian Perspectives on
Agrarian-Environmental Transformations.” Penulis turut berkontribusi
pada salah satu artikel yang dimuat dalam edisi khusus ini (lihat Rutten
et al 2017).
28