Page 98 - Perspektif Agraria Kritis
P. 98
Bagian I. Pendahuluan
TANTANGAN AKSES DAN ANCAMAN EKSKLUSI
Karakteristik terakhir dari “perspektif agraria kritis”
adalah bahwa kesemua concern seputar pembaruan tata
pengurusan agraria di atas dipahami bukan sebagai proses
yang berada di ruang vacuum, melainkan senantiasa berada
dalam kecamuk pergulatan sosial di antara berbagai pihak
yang bersaingan. Pergulatan sosial semacam ini membuat
upaya-upaya pembaruan tata pengurusan bukanlah sebuah
gebrakan yang bersifat sekali jadi (once for all), melainkan
harus merupakan respon yang adekuat dan ajeg atas kondisi
ketimpangan dan ketidakadilan yang terus bermunculan,
seringkali dalam bentuk yang berubah-ubah, seiring dengan
7
“transformasi agraria-lingkungan” yang terjadi.
Aspek lain dari pergulatan sosial ini tampil dalam
kenyataan bahwa pembaruan tata pengurusan agraria akan
selalu diwarnai oleh ketegangan antara dua hal: tantangan
akses di satu sisi serta ancaman eksklusi di sisi lainnya. Akses,
sebagaimana dimaknai ulang oleh Ribot & Peluso (2003),
adalah suatu kemampuan (ability) untuk menarik manfaat
dari suatu hal (untuk kasus buku ini berarti sumber-sumber
agraria) yang—alih-alih ditentukan oleh hak semata—banyak
bergantung secara relasional pada konstelasi kekuatan yang lebih
luas. Menurut keduanya, terdapat ragam himpunan dan jejaring
kekuatan (bundles and webs of powers) yang membuat
seseorang mampu menarik suatu manfaat, meskipun yang
bersangkutan tidak memiliki landasan hak apapun (baik legal
maupun illegal) terhadapnya.
7 Keharusan melakukan pembaruan tata pengurusan agraria secara
terus menerus ini mengandung nuansa pengertian yang berbeda dari
reforma agraria yang lebih merupakan program “ad hoc” yang jelas
batasan waktunya. Perbedaan nuansa makna antara reforma agraria dan
pembaruan tata pengurusan agraria akan diuraikan pada bab
keempat.
33