Page 110 - Modul Dasar-dasar pewarisan sifat
P. 110
masing-masing induk, melainkan pada frekuensi setiap alel dalam populasi.
Mengetahui frekuensi alel memungkinkan peneliti untuk menentukan frekuensi
AA homozigot (p2), Aa heterozigot (2pq), dan aa homozigot (q2). Kita juga
dapat menerapkan frekuensi alel ini untuk menghitung frekuensi fenotipik
dalam populasi.
Mari kita lihat contoh bagaimana frekuensi alel dapat digunakan untuk
menghitung frekuensi fenotipik. Asumsikan bahwa frekuensi alel yang
menentukan golongan darah M-N pada populasi tertentu adalah sebagai
berikut:
M = 0,6
N = 0,4
Jika populasi berada di bawah kesetimbangan Hardy Weinberg, kita dapat
menghitung frekuensi fenotipik sebagai berikut:
MM = P = p2 = (0,6) 2 = 0,36
MN = H = 2pq = 2 × 0,6 × 0,4 = 0,48
NN = Q = q2 = (0.4) 2 = 0.16
Atau, jika kita hanya mengetahui frekuensi fenotipik, kita dapat
menggunakan pengetahuan kita tentang pewarisan fenotipe untuk
menentukan frekuensi alel, asalkan populasi berada dalam kesetimbangan
Hardy-Weinberg.
Pada manusia, ada atau tidaknya lesung pipit diatur oleh satu gen
dengan dua alel. Alel untuk lesung pipi sepenuhnya dominan pada alel tanpa
lesung pipi. Frekuensi setiap fenotipe adalah:
Ada lesung pipit: 36%
Tidak ada lesung pipi: 64%
Untuk memecahkan frekuensi alel, kami mencatat bahwa individu yang
kekurangan lesung pipit (fenotipe resesif) harus homozigot untuk alel resesif.
Karena 64% populasi memiliki fenotipe resesif (q2 = 0,64), frekuensi alel q harus
sama dengan 0,8 (akar kuadrat 0,64) menurut ekspektasi Hardy-Weinberg.
Frekuensi alel p akan sama dengan 1 - q, atau 0,2.
107