Page 51 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 51
46 | Rezza Maulana
sisi Mirza Ghulam Ahmad dimana kelom- rangkat melalui Semarang ke Kalkuta yai-
pok pertama berpendapat bahwa Mirza tu (1) Djoendab, (2) Muhammad Sabitoen,
adalah nabi, sedangkan kelompok kedua (3) Maksoem, dan (4) Djoemhan (Irfan
berpendapat bahwa Mirza hanya sebatas Dahlan) yang merupakan putra KH. Ah-
mujaddid. mad Dahlan (Zulkarnain, 2005a, p. 187).
Setelah Muhammadiyah memutuskan,
PEMBAHASAN dalam Kongres ke-18 di Solo tahun 1928,
bahwa siapa pun yang mempercayai ajaran
Penguatan Dakwah dan Perintisan Ahmadiyah tidak boleh bergabung menja-
Amal Usaha Pendidikan di anggota Muhammadiyah, maka terjad-
ilah migrasi keluar beberapa tokoh penting
Awal gerakan Ahmadiyah Lahore di Indo-
nesia ditandai dengan kedatangan dua guru Muhammadiyah seperti Djojosoegito dan
dari India yaitu Maulana Ahmad dan Mir- Muhammad Husni dengan mendirikan
za Wali Ahmad Baig di Yogyakarta tahun organisasi bernama De Indonesische Ah-
1924. Kehadiran mereka cukup mendapat madijah-Beweging atau Gerakan Ahmadi-
sambutan dari kelompok muslim setempat yah Indonesia (Beck, 2005, pp. 236–239;
khususnya dari pengurus Muhammadiyah. Zulkarnain, 2005a, pp. 231–232)
Tidak hanya menyambutnya dalam kon- Mengingat bahwa tokoh – tokoh pendi-
gres Muhammadiyah 1924 - 1925, namun ri GAI kebanyakan adalah kaum terpelajar
juga mengundangnya dalam berbagai per- atau guru, maka model penguatan pema-
temuan informal warga Muhammadiyah haman dan keimanan melalui pendidikan
(Zulkarnain, 2005a, pp. 180–186). Dalam publik yaitu penerbitan majalah, buku dan
periode tersebut dapat dikatakan bahwa penerjemahan Tafsir Al-Qur’an. Beberapa
metode pembelajaran atau pendidikan majalah yang terbit seperti majalah bula-
terhadap pemahaman Ahmadiyah Lahore nan berbahasa Jawa dengan nama Moeslim
bertumpu pada forum pengajian dan disku- tahun 1929. Setelah tahun 1954 majalah
si langsung kepada Maulana Ahmad dan ini terbit kembali dengan menggunakan
Mirza Wali Ahmad Baiq. Di samping itu, Bahasa Indonesia. Kemudian ada majalah
sumber informasi juga dapat diperoleh dari Risalah Ahmadiyah yang pemimpin redak-
beberapa majalah dan surat kabar masa itu sinya adalah Sudewo. Nama terakhir mer-
seperti Islamic Review terbitan Singapu- upakan tokoh yang sangat produktif dalam
ra, majalah Het Licht dari organisasi Jong menulis buku atau penerjemahan, terma-
Islamieten Bond (JIB), Bintang Islam dan suk penerjemahan Holy Qur’an: Arabic
Al-Manak Muhammadiyah. Bahkan be- Text, English Translation and Commentary
berapa karya Ahmadiyah diterbitkan oleh karya Maulana Muhammad Ali ke dalam
‘Taman Pustaka’ yang merupakan penerbit Bahasa Belanda pada tahun 1935. Sedang-
resmi Muhammadiyah. kan tokoh lain R. Djojosugito dibantu
Kemudian yang lebih strategis lagi dengan M. Mufti Sharif berhasil mener-
adalah pengiriman pemuda ke Lahore un- jemahkan tafsir Holy Qur’an ke dalam Ba-
tuk belajar tentang Ahmadiyah. Setidaknya hasa Jawa dengan judul Tafsir Qur’an Sut-
tercatat pada tahun 1924 empat orang be- ji Djarwa Djawi yang selesai tahun 1948
Jurnal Sejarah