Page 53 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 53

48 | Rezza Maulana

           Ilyas Sewulan yang merupakan bapak mer-     Pengalaman sebelumnya sebagai pengurus
           tua dari Kyai Hasyim As’ary, pendiri NU.  Muhammadiyah  dan guru partikelir  telah
           Dengan kata lain, Bapak Djojosoegito ma-    banyak membantu  dalam perkembangan
           sih berkerabat dekat, sepupu dengan Kyai  arah gerakan. Selain pernah menjabat se-
           Wahid Hasyim (Hartatik, 1995, p. 15).       bagai ketua majelis  pengajaran Muham-
               Dengan latar belakang keluarga ulama,  madiyah  dan asrama  siswa Muhammad-
           pendidikan  agama  yang diperoleh  sejak  iyah, ia termasuk kepala sekolah pertama
           kecil lebih dari cukup, apalagi beliau juga  Mu’allimin  Muhammadiyah Yogyakarta.
           mendapat  bimbingan dari pamannya an-       Ia juga pernah mengajar di beberapa tem-
           tara lain; Kyai Djumali, Kyai Na’im, Kyai  pat seperti HIS Purworejo, HIS Kutoarjo,
           Imam Barmawi, dan Kyai Zaenal Muchtar-      OSVIA Probolinggo, sekolah guru Yogya-
           om. Pada tahun 1915, beliau berkesem-       karta, MULO Purwokerto, MULO Malang
           patan belajar  pada K.H  Ahmad Hisyam  dan MULO  Yogyakarta (Hartatik, 1995,
           Zaini di Kauman Surakarta. Secara formal  pp. 51–52).
           Djojosoegito  mendapatkan pendidikan  di        Sebelum  berdirinya  PIRI, pengaja-
           H.I.S, kemudian melanjutkan di tingkat  ran sekaligus pengajian GAI lebih banyak
           menengah  pada K.E.S (Koningin  Emma  dilakukan  di rumah anggota atau  simpa-
           School) dan K.S atau Kweek School (Har-     tisan. Daerahnya pun mengikuti di mana
           tatik, 1995, p. 21).                        tokoh GAI bertugas sebagai guru. Namun
               Pada  awalnya  Djojosoegito  terlibat  terkadang juga mengikuti undangan penga-
           aktif di Muhammadiyah,  selain sebagai  jian di luar kota. Ketika kembali bertugas
           guru di sekolah Muhammadiyah, ia juga  di  Yogyakarta pada  tahun 1939, sembari
           menjabat sebagai sekretaris Muhammadi-      mengajar di HIK  sebagai  Haalonderwi-
           yah tahun 1921. Bahkan setelah terbentuk  jzer, ia berkesempatan mengisi pengajian
           Majelis Pimpinan  Pengajaran  Muham-        di masjid Pakualaman dan sekolah Islami-
           madiyah tahun 1923, ia dipercaya menjadi  yah.  Di  dalam kesempatan  seperti  itulah,
           ketuanya. Setelah memilih keluar dari Mu-   pengajian, awal dari ketertarikan dan pem-
           hammadiyah  beliau mendirikan  Muslim  bentukan kader GAI. Selain dari penerbi-
           Broederscap yang kemudian berkembang  tan tulisan di majalah dan penerbitan buku.
           menjadi Indonesische Ahmadiyah Beweg-           Begitu juga dengan Ibu Kustirin Djo-
           ing pada tahun 1928. Oleh karena gerakan  josoegito (1906-1986), istri kedua Bapak
           ini  baru  mendapatkan  ketetapan  hukum  Djojosoegito  yang merupakan  seorang
           setahun  berikutnya, maka  tahun  1929 di-  guru lulusan  Normaalschool Yogyakarta
           anggap menjadi tahun berdirinya Gerakan  tahun  1921. Selain  mengajar, Ibu Kusti-
           Ahmadiyah Indonesia (Zulkarnain, 2005a,  rin merupakan ketua Yayasan PIRI perta-
           p. 203).                                    ma sejak berpisah secara administrasi dari
               Djojosoegito  menjadi  ketua  umum  GAI pada tahun 1959. Selain sebagai ketua
           GAI mulai dari berdirinya organisasi hing-  Yayasan, Ibu Kustirin juga merangkap se-
           ga tahun 1966. Selama  periode tersebut,  bagai guru agama di sekolah PIRI hingga
           organisasi mengalami  perkembangan  pe-     tahun 1972. Selepas itu, beliau lebih fokus
           sat dari segi kegiatan dan pengelolaannya.  pada pembinaan dan pengembangan PIRI



               Jurnal Sejarah
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58