Page 82 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 82
PSPB: Dinamika Pendidikan Sejarah di Indonesia Pada 1985 | 77
PENDAHULUAN didikan dan pengajaran sejarah, yang ser-
ing digunakan untuk membahas tema ini,
engulas sejarah penulisan se- memiliki perbedaan yang cukup berarti.
jarah (historiografi) Indonesia Taufik Abdullah menyatakan bahwa antara
Mtidak akan habis-habisnya den- pengajaran atau onderwijs dengan pendi-
gan persinggungan tiga hal utama, sesuai dikan atau opvoeding memiliki perbedaan
dengan apa yang disampaikan oleh H.A.J. konseptual yang sebenarnya sudah dile-
Klooster, yaitu sejarah populer (de popu- bur (Abdullah dalam Depdikbud, 1998:
laire geschiedschrijving), sejarah ilmiah 43). Akan tetapi, Culemborg, sebagaima-
(de wetenschappelijke geschiedschrijving), na dikutip oleh Sarita Pawiloy, menya-
dan sejarah dalam ranah pendidikan (het takan bahwa pengajaran diartikan sebagai
geschiedenisonderwijs) (Klooster, 1985: perkembangan akal, sedangkan pendidikan
1). Pengklasifikasian ini tidak jauh berbeda tertuju pada pembinaan watak (Pawiloy
dengan apa yang disampaikan Taufik Ab- dalam Depdikbud, 1991: 124). Perbedaan
dullah dan Abdurrachman Surjomihardjo. konseptual di antara keduanya perlu dipa-
Menurutnya, genre penulisan sejarah In- hami, sekalipun dalam banyak hal keduan-
donesia ada tiga, yaitu sejarah ideologis, ya disamakan pengertiannya.
sejarah pewarisan, dan sejarah akademis Mengingat tujuan dan fungsi histo-
(Abdullah dan Surjomihardjo, 2016: 29- riografi Indonesia sebagai cara untuk mem-
30). Semua jenis historiografi tersebut bentuk kesadaran nasional dan identitas
bukanlah sekadar merupakan kegiatan bangsa, maka tidak dapat dipungkiri jika
intelektual, tetapi juga kegiatan dengan pendidikan adalah salah satu alat utaman-
makna sosial-politis (Nordholt, Purwanto, ya. Sartono Kartodirdjo menyadari bahwa
dan Hapsari (eds.), 2013: vii). Hal ini tidak pelajaran sejarah merupakan salah satu alat
terlepas dari tiga fungsi historiografi untuk pendidikan civics (kewarganegaraan) yang
mengungkapkan sesuatu yang telah terjadi penting. Unsur integrasi yang terkandung
(genetis), memperkuat kontinuitas tradisi dalam narasi sejarah Indonesia dinilai
dengan membuat banyak pelajaran dan mampu menghidupkan kepribadian bang-
suri teladan (didaktis), serta melegitima- sa Indonesia (Kartodirdjo, 2014: 324-345).
sikan sesuatu kekuasaan, atau dalam kon- Tanpa pelajaran sejarah yang menumbuh-
teks yang lebih luas, kesatuan politik yang kembangkan kesadaran sejarah, kesadaran
lebih jauh disebut sebagai bangsa (pragma- nasional serta identitas nasional tidak dapat
tis) (Kartodirdjo, 2017: 271-272). berkembang (Kartodirdjo, 2017: 275). Se-
Merupakan hal yang menarik ketika lain itu, menurut Moh. Ali, pelajaran seja-
kita menengok historiografi Indonesia un- rah memang tidak hanya memperkenalkan
tuk kepentingan pendidikan. Namun, sebe- riwayat manusia pada masa lalu, tetapi
lum melangkah lebih lanjut, terdapat be- juga menanamkan nilai-nilai perjuangan di
berapa masalah, yang mungkin dianggap dalamnya. Penitikberatan peran manusia di
sepele tetapi memiliki konsekuensi logis, dalamnya menjadi penting (Ali, 2005: 359-
dalam memahami historiografi Indonesia 364). Di sisi lain, W.J. Van Der Meulen SJ
pada ranah pendidikan. Terminologi pen- menyatakan bahwa pendidikan sejarah
Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019