Page 87 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 87
82 | Joshua Jolly Sucanta Cakranegara
gap keterlaluan dan tidak pada tempatnya pdikbud Kumpulkan Ahli Sejarah Berb-
(proporsional). Penulisan sejarah demikian agai Kalangan”. Dalam berita tersebut,
dianggap sesat serta sarat akan subjektivi- Depdikbud bermaksud menyelenggarakan
tas penguasa. Kompas bahkan menuliskan pertemuan dengan para ahli sejarah untuk
istilah subyektivitas (sic) yang obyektif membahas kembali buku pegangan PSPB
(sic) sebagai bukti bahwa sekalipun seja- yang kontroversial. Bahkan, Mendikbud
rah sangat dipengaruhi oleh subjektivitas Fuad Hassan menyatakan dengan lugas
penulisnya, sejarah mampu menghadirkan bahwa terjadi tumpang-tindih antara P-4,
fakta-fakta, terlepas dari orang atau sia- PSPB, PMP, dan Sejarah Nasional. Ia men-
pa yang ditulisnya. Sikap kritis demikian jelaskan bahwa tumpang-tindih yang terja-
yang menurut Kompas seharusnya tumbuh di paling tidak ada dua, yaitu tumpang-tin-
(Kompas, 17 September 1985: 4). dih horizontal dan tumpang-tindih vertikal.
Hal ini bertolak belakang dengan situ- Tumpang-tindih horizontal berarti pembe-
asi waktu itu yang dinilai merupakan peri- rian materi pelajaran yang sama pada satu
ode yang cukup stabil, sehingga seharusn- jenjang pendidikan dan tumpang-tindih
ya para sejarawan mampu berpikir jernih vertikal berarti pemberian materi pelajaran
dan tidak penuh dengan emosi dalam yang sama pada jenjang pendidikan yang
mengkaji serta merekonstruksi ulang masa tidak sama. Pengulangan demi pengu-
lalu. Hal senada juga diungkap oleh Taufik langan materi dinilai tidak sesuai dengan
Abdullah. Ia menilai bahwa masa-masa itu pendekatan historis-didaktik yang menja-
(Orde Baru) merupakan masa ilmu sejar- di nilai integral dalam PSPB (Kompas, 20
ah dapat tumbuh dan berkembang dengan September 1985: 1, 8).
cukup baik, terlepas dari segala macam Persoalan lain yang timbul tidak sep-
ironi dan dominasinya terhadap pengua- utar buku PSPB, melainkan penerapannya
saan ingatan kolektif bangsa dan peng- dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
etahuan sejarah di tanah air. Tulisannya St. Sularto/S.E. Darsono melabeli PSPB
yang berjudul “Pengalaman yang Berlaku, sebagai contoh improvisasi pendidikan.
Tantangan yang Mendatang: Ilmu Sejarah Label ini diberikan karena PSPB menu-
di Tahun 1970-an dan 1980-an” menya- ai banyak masalah, apalagi di dalam tu-
takan bahwa perkembangan ilmu sejarah buh Depdikbud sendiri. Pada para pejabat
didukung oleh para sejarawan yang telah sendiri terjadi saling silang pendapat se-
memperoleh gelar master dan doktor, baik hingga berdampak pada guru-guru yang
di dalam maupun di luar negeri, serta peng- dibebankan tugas mengajar mata pelaja-
gunaan pendekatan multidimensional yang ran PSPB. Kesemrawutan ini diperparah
diperkenalkan oleh Sartono Kartodirdjo. dengan buku PSPB yang selama ini tidak
Selain itu, perbaikan dan perkembangan melibatkan para sejarawan dalam peny-
masyarakat sejarawan juga berpengaruh usunannya. Orientasi pengajaran PSPB
di dalamnya. (Abdullah dalam Depdikbud, juga simpang siur, mengingat substansinya
1991: 43-73). yang tidak jauh berbeda dengan mata pe-
Kompas edisi 20 September 1985 lajaran sejarah dan pendidikan Pancasila.
menyajikan sebuah berita berjudul “De- Melihat situasi demikian, Nugroho No-
Jurnal Sejarah