Page 90 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 90
PSPB: Dinamika Pendidikan Sejarah di Indonesia Pada 1985 | 85
gitu padat harus dibarengi dengan alokasi pula yang menyatakan bahwa PSPB memi-
waktu yang memadai, terlebih lagi beban liki kegunaan yang berarti. Beberapa tu-
sejarah untuk menanamkan nilai afektif lisan, terutama dari pakar pendidikan atau
juga besar. Oleh sebab itu, A.A. Padi me- orang yang berlatar belakang ilmu pendi-
nilai penggabungan sejarah dengan PSPB dikan, menyatakan hal tersebut. H. Soedi-
mampu meningkatkan jam pertemuan di jarto menyatakan bahwa PSPB merupakan
kelas. Keempat, sistem ujian. Jika menga- penunjang pendidikan nilai yang memang
cu pada Kurikulum 1975, mata pelajaran merupakan tuntutan pada masa itu. Selain
sejarah tidak diujikan. Hal ini dikhawatir- itu, PSPB dinilai merupakan wahana in-
kan dapat mengurangi sikap pentingnya ternalisasi nilai-nilai perjuangan bangsa
pelajaran sejarah bagi anak didik. (Soedijarto dalam Depdikbud, 1998: 29).
Dalam penutupnya, A.A. Padi berkes- Sebuah penelitian yang dikaji oleh E.J.
impulan bahwa jika keempat persoalan ini Manuhutu juga menyatakan bahwa PSPB
mampu dibenahi, keberadaan PSPB dinilai yang diterapkan telah diterima baik oleh
tidak diperlukan sebab misi tersebut sudah generasi muda, bahkan siswa-siswi SMA
tercapai dalam pengajaran sejarah. Peng- Negeri di Kotamadya Manado bersikap
gabungan PSPB dengan sejarah menimbul- sangat positif menerima bidang studi
kan konsekuensi besar dalam pembenahan PSPB (Manuhutu dalam Depdikbud, 1991:
pengajaran sejarah. Persoalan lain yang 196-197). Di sisi lain, I Putu Gede Suwitha
tidak kalah pentingnya, yakni penulisan menulis sebuah refleksi berjudul “Pendi-
sejarah, menurutnya, juga harus dibenahi dikan Sejarah Perjuangan Bangsa: Sebuah
(Kompas, 10 Oktober 1985: 4-5). Hal ini Pengalaman Mengajar”. Dalam kesim-
selaras dengan kebijakan Depdikbud yang pulannya, ia menyatakan bahwa memas-
menggabungkan mata pelajaran PSPB dan yarakatkan PSPB memang tidak gampang.
Sejarah Nasional. Maju-mundurnya sebuah bangsa berada di
Dalam satu periode singkat sejak pundak para sejarawan dan pengajar sejar-
September-Oktober 1985, perkembangan ah (Suwitha dalam Depdikbud, 1990: 120).
PSPB menarik untuk dikaji. Tulisan-tu- Berbagai persoalan terkait PSPB sebe-
lisan pada periode kemudian juga meng- narnya berputar pada beberapa hal kunci.
gambarkan bagaimana melihat PSPB dari Sultan Kasim menyatakan bahwa masalah
perspektif yang beragam. Salah satu tu- ini merupakan masalah mendasar dalam
lisan yang lugas dalam menyimpulkan di- pengajaran sejarah, yaitu kurikulum, isi
namika PSPB adalah tulisan Said Hamid buku teks, dan kualitas pengajar. Tiga hal
Hasan berjudul “25 Tahun Pendidikan Se- ini merupakan kesimpulan sekaligus sa-
jarah”. Ia menyatakan bahwa PSPB bukan ran yang disampaikannya sebagai langkah
sejarah karena mata pelajaran tersebut ha- yang harus segera dilakukan atau bersifat
nya berfungsi sebagai media pendidikan mendesak (Kasim dalam Sejarah, 1992:
untuk membentuk semangat kebangsaan 63). Selain persoalan teknis seputar kuri-
(Hasan dalam Depdikbud, 1990: 70). Se- kulum, buku teks, dan pengajar, PSPB
lain itu, ketika banyak pihak menyatakan merupakan salah satu bukti bagaimana
kontra terhadap PSPB, tidak sedikit pihak sejarah yang dihadirkan seringkali men-
Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019