Page 91 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 91

86 | Joshua Jolly Sucanta Cakranegara

           gandung kontroversi.  Kontroversi sejarah  jadi sudah lama, jauh sebelum PSPB diter-
           secara metodologis, menurut Tsabit Azinar  apkan dan wafatnya Nugroho Notosusanto
           Ahmad,  merupakan  persoalan  yang  lum-    sebagai  arsitek  utama  kebijakan  ini.  Jika
           rah dalam proses penyusunan historiografi,  ditarik ke belakang, perkembangan histo-
           apalagi historiografi dengan tujuan praktis  riografi Indonesia mencapai satu momen-
           (dalam ranah pendidikan) (Ahmad, 2016:  tum yang sebenarnya cukup membangga-
           8). Hal ini tidak dapat dipungkiri, mengin-  kan, yaitu dikeluarkannya Sejarah Nasional
           gat hal ini merupakan hal problematik ke-   Indonesia  sebagai  buku  pegangan.  Kritik
           tika tuntutan untuk selalu menegakkan se-   sudah mulai  dilancarkan  pasca-peluncu-
           jarah yang “lurus” sampai pada praktik di  rannya. Apalagi dengan munculnya PSPB
           lapangan  atau masyarakat, secara khusus  yang dinilai tumpang-tindih dan semrawut,
           dalam dunia pendidikan (Widja, 2002: 2).    serta wafatnya Nugroho Notosusanto, kri-
                                                       tik yang semakin pedas terus terjadi. Pro
           PENUTUP                                     dan kontra mewarnai PSPB, baik dari ting-
                                                       kat atas selaku pengambil kebijakan hingga
           Historiografi Indonesia tidak akan pernah   tingkat bawah selaku pelaksana kebijakan.
           terlepas  dari  aspek  normatif  dan  ideolo-   Persoalan  PSPB membuktikan  bah-
           gis. Sejarah dibutuhkan guna membangun      wa  persoalan  historiografi  Indonesia  ti-
           identitas kebangsaan yang mempersatukan     dak hanya bersifat filosofis dan substantif,
           (integratif)  di tengah  keberagaman  ma-   tetapi  juga afektif dan ideologis. Kedua
           syarakat Indonesia. Sadar akan pentingnya   aspek  ini  memiliki  kedudukan  yang  sa-
           sejarah, maka penulisan dan pendidikan se-  ma-sama kuat, walau pada akhirnya aspek
           jarah mengemban dua misi sekaligus, yaitu   kedua jauh lebih mendominasi kemudi-
           memaparkan fakta sekaligus menanamkan       an. Setidak nya, persoalan PSPB  mampu
           nilai.  Ketika  misi  kedua tersebut  dinilai   mengangkat kembali  wacana penyegaran
           gagal, dicetuskan ide PSPB. Kemunculan      kembali  historiografi  Indonesia.  Terlepas
           ide ini menuai kritik, meski sesungguhnya   dari misi penanaman nilai, kebenaran fak-
           penulisan  sejarah Indonesia yang dinilai   ta  di dalamnya  harus dikaji  ulang  sesuai
           sudah menyimpang merupakan dasar kritik     dengan  perkembangan  zaman.  Kejujuran
           tersebut. Jika ditarik ke belakang, gagasan   ilmiah para sejarawan terutama sangat di-
           menghadirkan  PSPB tidak dapat dilepas-     harapkan, apalagi di tengah situasi waktu
           kan dari kebijakan politik penguasa yang    itu  yang  sesungguhnya  “kondusif”  dalam
           sejak masa pemerintah  kolonial  hingga     perwujudan wacana tersebut.
           kemerdekaan telah ditanamkan. PSPB se-          Ketika  historiografi  Indonesia  sudah
           bagai salah satu kebijakan pendidikan tidak   masuk ke ranah edukatif, ia harus dihad-
           terlepas  dari  produk politik. Kepen tingan   irkan seutuhnya, tanpa  mengurangi  atau
           tersebut berbenturan dengan kata “sejarah”   melebih-lebihkan  aspek tertentu.  Penana-
           yang disandangnya sebagai ilmu yang be-     man nilai dalam pengajaran sejarah dinilai
           rusaha seobjektif  mungkin mengha dirkan    wajar, tetapi jangan sampai “kebablasan”,
           masa lalu.                                  atau  bahkan tidak  ada sama sekali.  Jika
               Kesadaran akan penyimpangan ini ter-    kemudian dicetuskan kebijakan PSPB, se-




               Jurnal Sejarah
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96