Page 25 - BAHASA INDONESIA-7
P. 25
dan tidak sekedar menghasilkan skor. Penilaian berfungsi untuk mendeteksi
kesulitan, meningkatkan motivasi, dan penyimpulan hasil. Penilaian memberikan
penghargaan pada kreativitas dan kejujuran berkarya. Penilaian hendaknya
menggunakan contoh/ teks yang mendidik. Menggunakan beragam instrumen
untuk melihat keajegannya. Penilaian bersifat autentik dengan sasaran penilaian
pada aspek-aspek penting dalam konteks dunia nyata. Penilaian dilakukan dalam
proses yang transparan dengan ukuran yang jelas. Dengan deskripsi rubrik yang
jelas siswa dapat menilai sendiri dan meningkatkan kompetensinya.
Berdasarkan karakteristik tersebut, penilaian keterampilan reseptif
(membaca dan menyimak) dalam pembelajaran bahasa Indonesia dirancang
agar dapat menumbuhkan sikap positif. Kriteria penilaian perlu rinci dan
harus diungkapkan kepada peserta didik sehingga penilaian berlangsung
secara transparan. Transparansi dalam penilaian dapat menumbuhkan sikap
positif yang berupa objektivitas. Teks yang dipilih juga dirancang agar berisi hal-
hal mendidik. Teks yang dipilih sebagai bahan uji penilaian tidak bias SARA,
erotis, atau bersifat kekerasan. Penilaian dalam Kurikulum 2013 menekankan
pada aspek kejujuran, kreativitas, dan kekritisan. Dengan demikian, guru perlu
mempertimbangkan hasil/ jawaban siswa bersifat orisinal atau mencontek. Guru
juga perlu memberi bobot skor tinggi untuk jawaban yang kreatif. Selain itu,
guru memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan kekritisan. Soal membaca/
menyimak harus merangsang peserta didik berpikir kritis. Dalam penilaian
membaca/ menyimak, pertanyaan untuk membuktikan jawaban merupakan hal
wajib untuk menumbuhkan kekritisan siswa. Pertanyaan yang diikuti pembuktian
menumbuhkan kekritisan siswa. Penyekoran untuk aspek pemikiran kritis
hendaknya diberi bobot yang cukup memadai. Penilaian keterampilan reseptif
juga mengembangkan kreativitas untuk menerapkan apa yang dibaca/ didengar
dalam memecahkan masalah. Alderson (2004) menyarankan adanya pertanyaan
pemecahan masalah untuk menumbuhkan kreativitas. Dengan pertanyaan
kreatif peserta didik dituntut menerapkan yang dipahami untuk memecahkan
masalah atau menciptakan karya setelah membaca/ menyimak. Marzano (2005)
menyarankan penilaian keterampilan membaca dengan teks argumen kompleks
untuk menumbuhkan berpikir kritis. Dengan berpikir kritis peserta didik
diharapkan dapat membuktikan dan menilai data yang dibaca/ didengar.
Berkaitan dengan penumbuhan sikap positif tersebut, penilaian
keterampilan produktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu dirancang
agar menumbuhkan kreativitas, produktivitas, dan kejujuran dalam berkarya.
Kreativitas dalam menggunakan kalimat, dalam membuka, mengembangkan,
dan menutup wacana/ teks menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan.
Demikian juga kejujuran berkarya menjadi aspek penting dalam penilaian
pembelajaran menulis. Penilaian pembelajaran menulis dirancang agar dapat
mengendalikan kejujuran berkarya. Oleh karena itu, tugas menulis perlu
dikendalikan agar guru dapat mendeteksi orisinalitas tulisan siswa. Hal ini sesuai
dengan tujuan Kurikulum 2013 yang menekankan pada tumbuhnya sikap jujur
(Kemendikbud, 2013).
Bahasa Indonesia 19