Page 349 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 349
Dr. Irving Finkel
potensi dan dampaknya jauh lebih besar daripada tradisi mana
pun yang berlaku sebelumnya. Hasilnya, gunung itu akhirnya
benar-benar disebut sebagai Gunung Ararat.
Tradisi ‘di suatu tempat di luar Urartu’ asli yang didekatkan
menjadi ‘di suatu tempat di dalam Urartu’ ini menghasilkan,
seperti yang bisa kita katakan, versi yang berlaku tanpa gangguan
sejak saat itu; versi ini sudah lama dan dikukuhkan sepanjang
waktu oleh sebagian besar penulis yang pernah menulis tentang
hal itu, dan pada tingkat yang luas masih bertahan hingga kini.
Pada paruh pertama milenium pertama SM orang-orang
Assyria, karena alasan yang tidak jelas, telah melakukan
perubahan yang disengaja terkait lokasi gunung Bahtera dan
mem perkenalkan Gunung Nisir sebagai penggantinya. Mungkin
ada beberapa alasan.
Pada 697 SM, kalaupun petunjuk-petunjuk yang tidak jelas
telah disatukan dengan benar, Sennacherib, yang baginya Gunung
Nisir pastilah Gunung Bahtera yang ‘sesungguhnya’, berhadapan
dengan satu keyakinan tandingan yang sudah berkembang di
Cudi Dagh. Ini akan menjadi bukti pertama untuk apa yang
kelak menjadi sebuah tandingan yang kuat bagi Gunung Ararat
dan dengan mudah bertahan lebih lama daripada Gunung Nisir
Assyria, yang menghilang sama sekali bersama kejatuhan Nineveh
pada 612 SM dan oleh karena itu tidak terdengar lagi hingga
George Smith membaca salinan-salinan tablet perpustakaan
Assyria pada 1870-an, ketika nama itu mengalami kesempatan
baru untuk hidup kembali.
Cudi Dagh secara berturut-turut diterima oleh kalangan
Kristen Nestorian dan, kemudian, oleh tradisi Islam sebagai
tempat pendaratan Nuh atau bahtera Nuh. Seiring berjalannya
waktu, gunung-gunung bahtera lain yang kurang bertahan lama
http://facebook.com/indonesiapustaka ditemukan oleh para pengembara, Gunung Ararat-lah yang
bermunculan.
Ironisnya, apa pun fenomena yang mungkin diakui telah
sekarang paling dekat dalam hal lokasi dan semangat dengan
konsepsi asli dari pujangga-pujangga Babilonia.
338

