Page 37 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 37
Dr. Irving Finkel
yang dapat kita kenali. Saya akan bertindak sedemikian rupa
sehingga saya menganjurkan kajian Assyria kuno dengan ber-
semangat sebagai suatu cara hidup bagi banyak orang, terutama
ketika hal-hal tertentu tentangnya sudah tertanam di dalam
pikiran. Salah satunya adalah fakta menyenangkan bahwa hampir
semua lambang kuneiform dapat digunakan paling banyak dengan
empat cara berbeda:
Logogram, yang mengeja satu kata lengkap bahasa Sumeria,
satu lambang untuk satu kata, seperti kaš = ‘bir’, atau lugal
= ‘raja’.
Silabogram, yang mengeja satu suku kata, seperti ba atau ug,
yang biasanya membentuk bagian dari satu kata.
Pelengkap fonetis, yang ditempatkan di samping (atau kadang-
kadang di dalam) lambang-lambang lain sebagai petunjuk
bagi pelafalannya.
Determinator, yang berdiri di depan atau di belakang kata-kata,
tanpa dilafalkan, sebagai petunjuk untuk maknanya, seperti
giš = ‘kayu’ atau dingir = ‘dewa’.
Misalnya, lambang an, jika dilafalkan ‘dingir’, hanyalah kata
benda bahasa Sumeria yang bermakna ‘dewa’; jika dilafalkan
‘an’ ia merupakan sebuah lambang suku kata untuk menulis
bunyi ‘an’; jika merupakan sebuah pelengkap fonetis, ia muncul
setelah sebuah kata yang berakhir dengan –an, atau jika merupa-
kan sebuah lambang determinator, ia menunjukkan nama dewa
setelahnya. Keputusan pembaca untuk memilih manakah peng-
gunaan atau nilai yang berlaku tergantung pada konteks.
Bahasa Sumeria ditulis sebagian dengan logogram (terutama
kata benda), sebagian dengan silabogram (terutama kata kerja dan
http://facebook.com/indonesiapustaka dalam lambang-lambang yang rumit.
sedikit tata bahasa lainnya), dan sebagian dengan determinator.
Pelengkap fonetis dalam teks-teks Sumeria sebagian besar muncul
Bahasa Akkadia ditulis sebagian besar dengan silabogram,
ber dasarkan premis bahwa untuk mengeja kata-kata dalam
suatu cara yang dapat diperoleh kembali bagi seorang pembaca
26

