Page 49 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 49

Dr. Irving Finkel


           umat manusia dan, dalam pandangan saya, harus diabadikan
           dalam prangko-prangko dan magnet-magnet kulkas. Penguraian
           itu hanya mungkin dilakukan, sama seperti hieroglif Mesir,
           dengan bantuan prasasti-prasasti pararel dalam lebih dari satu
           bahasa. Sebagaimana terjemahan bahasa Yunani atas Batu Rosetta
           memungkinkan para pelopor kajian Mesir kuno mengungkap
           versi dalam aksara hieroglif Mesir, demikian juga sebuah prasasti
           kuneiform Persia Kuno di Bisutun Iran memungkinkan kuneiform
           Babilonia yang sezaman dari sekitar 500 SM dapat dipahami
           sedikit demi sedikit. Hal ini karena teks bahasa Persia kuno
           tersebut disertai sebuah terjemahan dalam bahasa Babilonia. Pada
           kedua kasus, penyebutan nama raja-raja, seperti Cleopatra dan
           Ptolemy dalam bahasa Mesir, Dariawush (Darius) dalam bahasa
           Babilonia, memberikan kilatan pengetahuan pertama tentang
           cara kerja sistem lambang kuno yang pada dasarnya sistem suku
           kata ini.
              Tanpa bantuan sumber dwibahasa semacam ini, kuneiform
           mungkin akan tetap tak terbaca selamanya. Lambang kuneiform
           yang pertama teridentifikasi, da-, ri-, dan seterusnya, digabungkan
           dengan dugaan bahwa bangsa Babilonia mungkin berbahasa
           Semit, berarti bahwa penguraian tersebut sudah ada di jalur yang
           tepat sejak awal, dan kemajuan pun dapat tercapai dengan cepat.
           Para pemikir penting dalam hal ini adalah: Georg Grotefend
           (1775–1853) dan Henry Creswicke Rawlinson (1864–1925)
           untuk versi bahasa Persia kuno, dan, paling penting, gerejawan
           Irlandia, Edward Hincks (1792–1866), seorang genius tanpa
           tanda jasa, yang dengan sangat mengagumkan mempelajari
           kuneiform dengan harapan mereka dapat membantunya dalam
           upayanya yang serius untuk memahami hieroglif Mesir. Hincks
           adalah orang pertama dalam dunia modern yang memahami sifat
   http://facebook.com/indonesiapustaka  bahasa Sumeria dan Akkadia karena keduanya ditulis dalam
           dan kerumitan kuneiform Babilonia. Satu penyebab kebingungan
           yang selalu ada adalah bagaimana mengetahui perbedaan antara

           satu aksara yang sama. Beberapa cendekiawan masih percaya
           hingga memasuki abad ke-20 bahwa bahasa Sumeria bukanlah
           bahasa sungguhan, tetapi hanya semacam kode-kode yang dibuat




                                          38
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54