Page 51 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 51
Dr. Irving Finkel
yang murni berperan dalam ilmu pengetahuan, sebagaimana
bahasa Latin pada Abad Pertengahan. Bahasa Akkadia bertahan
sebagai bahasa utama yang digunakan di Mesopotamia selama tiga
ribu tahun, berkembang sebagaimana bahasa lain dalam kurun
waktu selama itu, hingga akhirnya terkalahkan selamanya oleh
bahasa Semit lain, bahasa Aram, pada akhir milenium pertama
SM. Pada abad ke-2 Masehi, saat Pax Romana, atau ‘Roman
peace’, berlaku dan Hadrian merencanakan pembangunan tembok-
nya, para pembaca dan juru tulis kuneiform sedang sekarat di
Mesopotamia, dan aksara mereka yang berbeda dan keramat
menjadi benar-benar punah hingga berhasil diuraikan dengan
begitu cemerlang pada abad ke-19.
Kebudayaan Sumeria milenium ketiga SM telah menyaksikan
bangkitnya negara-negara kota kuat yang hidup dalam
kebersamaan yang penuh gejolak; butuh kemampuan politik
Sargon I, raja Akkad, pada sekitar 2300 SM untuk mengembangkan
(yang menggembirakan bagi para sejarawan belakangan)
kekaisaran pertama dalam sejarah, yang membentang melampaui
Mesopotamia hingga Iran, Asia Kecil, dan Syria masa kini. Ibu
kota nya, Akkad, yang kemungkinan berada di suatu tempat di
dekat kota Babilonia, memunculkan istilah modern kita untuk
bahasa dan kebudayaannya, Akkadia.
Runtuhnya kekaisaran Sargon menjadi saksi sebuah kebangkitan
Sumeria dan kebangkitan kota Ur, yang terkenal terutama sebagai
kota kelahiran Ibrahim. Di sini sebuah pergantian raja-raja kuat
seperti Naram-Sin, atau Shulgi menyokong kerajaan-kerajaan
dan perdagangan mereka sendiri pada sekitar 2000 SM tanpa
meng abaikan pengakuan atas musik, kesastraan, dan seni; bahkan
membanggakan keberhasilan mereka sebagai bangsa terpelajar,
musikus, dan bangsa berbudaya.
http://facebook.com/indonesiapustaka dinasti baru, sehingga kekuasaan akhirnya berpindah dari kota
Serbuan para penutur bahasa Amorites Semit dari sebelah
barat Mesopotamia menimbulkan terjadinya pergantian dinasti-
Isin ke daerah di dekat Larsa dan akhirnya ke Babilonia, tempat
Hammurabi menyusun undang-undang hukumnya yang ikonis
pada abad ke-18 SM, yang sudah dikutip pada bab sebelumnya.
40

