Page 56 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 56

KATA-KATA DAN MASYARAKAT


            dengan kepingan-kepingan yang retak dan lambang-lambang
            yang rusak, tidak pernah ‘mengetahui akhir kisah’. Pada masa
            Assurbanipal para cendekiawan yang ingin membicarakan
            tentang tafsiran atas sebuah frasa rumit yang muncul dalam
            sebuah surat kepada raja tentang suatu kejadian buruk dapat
            menurunkan dari rak-rak (1) versi baku—lengkap; (2) sebuah
            edisi berbeda dari Babilonia atau Uruk di selatan—lengkap; (3)
            sebuah versi yang sangat ‘tidak ortodoks’ atau udik dari suatu
            tempat yang tidak jelas yang tetap harus dijadikan sumber
            rujukan—lengkap; dan (4) sejumlah tafsir penjelasan, di mana
            para juru ramal terpelajar telah mencatatkan gagasan-gagasan
            hebat mereka yang mungkin menggugah wawasan—lengkap.
            Mungkin saja mereka juga harus menangani tablet-tablet yang
            benar-benar kuno, berharga meskipun berupa kepingan-kepingan
            dan mendapatkan perhatian khusus, walaupun para administrator
            akan tetap mencarikan salinan yang lebih baik. Kini kita dapat
            mengumpulkan potongan-potongan dari semua ragam tulisan di
            perpustakaan ini, dan butuh lompatan imajinasi yang jauh untuk
            membayangkan suatu kondisi di mana satu-satunya masalah bagi
            seorang pembaca tablet hanyalah bagaimana memahami arti dari
            lambang-lambang atau makna dari kata-kata. Usaha raja dalam
            mengumpulkan manuskrip-manuskrip tanah liat bermutu tinggi
            berarti bahwa sumber pertama yang dilihat oleh para pembaca
            Barat pada pertengahan abad ke-19 adalah tablet-tablet paling
            lengkap dan paling mudah terbaca yang mungkin digali dari
            dalam tanah.
               Kehancuran Nineveh pada 612 SM di tangan bangsa Medes
            dan Babilonia menjadi saksi kerusakan dan terbakarnya bangunan-
            bangunan megah itu, tetapi bagi pustakawan tablet tanah liat,
            api bukanlah bencana, tidak seperti api bagi Eratosthenes, sang
   http://facebook.com/indonesiapustaka  dengan menawan oleh Henry Layard, ribuan pecahan tablet
            penjaga naskah gulungan. Ketika tablet-tablet Assurbanipal
            ditemukan pada abad ke-19, sebagaimana yang dijelaskan

            hampir semuanya dalam kondisi baik, terbakar menjadi tembikar
            kering, menunggu untuk diuraikan dan ‘disatukan lagi’ oleh
            bergenerasi-generasi ahli kajian Assyria kuno yang sabar berabad-




                                           45
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61