Page 59 - Bahtera_Sebelum_Nabi_Nuh_Kisah_Menakjubkan_tentang_Misteri_Bencana
P. 59

Dr. Irving Finkel


           di tengah sekumpulan orang-orang yang sudah tiada ini yang
           bagi mereka, sebagaimana yang dijelaskan penyair, ‘debu adalah
           nafkah mereka dan tanah liat adalah makanan mereka?’ Per-
           tanyaan itu akhirnya mengkristal menjadi satu masalah yang
           saya pikir penting: apakah bangsa Mesopotamia kuno seperti
           kita atau tidak?
              Para cendekiawan dan sejarawan gemar memberi penekanan
           pada jauhnya kebudayaan kuno, dan ada sebuah konsensus tak
           tertulis bahwa semakin jauh rentang masa dari masa kita sendiri
           semakin sedikit jejak yang dapat kita kenali kekerabatannya;
           pertanyaan saya ketika masih di bangku SD biasanya sama sekali
           terabaikan. Sebagai akibat dari pandangan ini, masa lalu muncul
           untuk membicarakan semacam ‘pengkardusan’ terhadap leluhur
           kita, yang kekakuannya meningkat secara eksponensial semakin
           jauh Anda melompat ke masa lalu. Akibatnya, orang-orang
           era Victoria akan tampak hidup secara tertutup dalam suatu
           kesibukan hubungan seksual; orang-orang Romawi sepanjang
           hari mengkhawatirkan kamar kecil dan pemanas bawah lantai,
           dan orang-orang Mesir mondar-mandir menyamping dengan
           kedua lengannya terjulur ke depan memikirkan pengaturan
           pemakaman, orang-orang kardus. Dan sebelum semua ini ada
           manusia-manusia gua, yang menggeram atau melukis, mengenang
           kembali ketika hidup di atas pepohonan. Sebagai hasil dari
           proses diam-diam ini, Masa Kuno, dan dalam tingkat tertentu
           semua masa pra-modern, digiring untuk memenuhi dirinya
           sendiri dengan boneka-boneka tanpa tulang dan dangkal, polos
           dari kerumitan atau kerusakan dan semua sifat lainnya yang
           kita terima begitu saja dalam sesama manusia, yang dengan
           nyaman kita sebut ‘manusiawi’. Sangat mudah dan barangkali
           menyenangkan untuk percaya bahwa kita, sekarang, adalah
   http://facebook.com/indonesiapustaka  juga kurang cerdas; mereka tentu saja bukan individu-individu
           umat manusia yang sesungguhnya, dan mereka yang muncul
           sebelum kita kurang maju, kurang berkembang, dan mungkin

           yang akan kita kenali, dalam pakaian berbeda, sebagai orang-
           orang kebanyakan yang kita jumpai di dalam bus.






                                          48
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64