Page 6 - Sinar Tani Edisi 4050
P. 6
6 Edisi 14 - 20 Agustus 2024 | No. 4050 Tahun LIV
Jaga Stok Pangan,
Bioteknologi
Alternatifnya
Tantangan peningkatan produksi pangan ke depan kian berat. Bukan hanya makin terbatasnya
lahan pertanian, tapi jumlah penduduk yang terus meningkat membuat upaya menjaga stok
pangan perlu inovasi terbaru. Menurut Prof. Sobir, Guru Besar Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University, solusinya adalah dengan bioteknologi.
mengelola lahan, upaya kolektif memanfaatkan teknologi canggih. terhadap herbisida, sementara
dengan pemerintah, dan perbaikan Dengan menggunakan gulma-gulma tersebut akan mati,”
ekosistem inovasi pertanian. alat seperti pemetaan genetik, katanya.
Selain itu, Sobir menganggap, analisis data besar, dan teknik Contoh lainnya adalah padi emas
ke depan pentingnya bioteknologi rekayasa genetika, pemuliaan juga termasuk tanaman transgenik,
untuk menjadi solusi dari berbagai presisi memungkinkan ilmuwan yang mengandung beta-karoten (pro
tantangan pertanian tersebut. Jika mengidentifikasi dan memanipulasi vitamin A) pada bagian endosperm.
dulu hingga tahun 1930-an untuk gen-gen tertentu yang berkaitan Contoh tanaman transgenik lainnya
meningkatkan produksi dengan dengan sifat-sifat penting. Misalnya, mencakup kentang, tomat, kapas,
cara ekstensifikasi, kemudian sampai ketahanan terhadap penyakit atau serta padi Nue yang efisien dalam
tahun 1960-an lebih pada intensifikasi peningkatan hasil panen. “Cara ini penggunaan nitrogen. Di tingkat
hampir 60 persen dan ekstensifikasi dapat meningkatkan efisiensi dan global, terdapat juga tanaman
40 persen. Sedangkan hingga tahun akurasi dalam mengembangkan transgenik seperti apel, terong,
2020, hampir seluruh peningkatan varietas unggul,” ujarnya. nanas, dan lain-lain.
produksi melalui intensifikasi. Pendekatan ini menurut Sobir, “Berbagai keuntungan dari
Namun ia menegaskan, di era akan mengurangi ketergantungan tanaman transgenik antara lain adalah
masa kini pertanian, khususnya di pada proses seleksi yang memakan pengurangan aplikasi herbisida atau
Indonesia memerlukan strategi baru waktu dan biaya, serta mempercepat pestisida, pengurangan penggunaan
untuk bisa berproduksi lebih baik dan pengembangan varietas tanaman pupuk, adaptasi terhadap perubahan
lebih banyak. Salah satunya adalah yang lebih adaptif dan produktif. iklim, dan peningkatan produksi,”
dengan intensifikasi berkelanjutan. Langkah lainnya adalah transgenik. tambahnya.
e depan pengembangaan “Intensifikasi berkelanjutan ini Proses bioteknologi ini dengan Dengan makin berkembangan
sistem pangan yang lebih menggunakan varietas dengan introduksi gen-gen baru yang tak bioteknologi, Prof Sobir bisa
aman dan berkelanjutan efisiensi input, sehingga nanti biaya bisa dilakukan dengan persilangan membayangkan breeding benih bisa
kian penting. Bahkan produksi bisa ditekan. Termasuk karena tidak berkerabat. dilakukan private sector. Dengan
bukan hanya penting, varietas unggul yang adaptif dengan
Ktapi krusial untuk lahan suboptimal,” tuturnya.
keberlangsungan hidup manusia.
Untuk mencapai sistem pangan Pemuliaan Presisi
yang berkelanjutan, perlu upaya Di sisi lain Sobir menilai, pemuliaan
kolektif, inovasi khas Indonesia, serta tanaman juga menghadapi
pengelolaan lahan pertanian yang tantangan besar terkait dengan
efisien. penurunan keragaman genetik
Salah satu tantangan utama tanaman. Dalam upaya untuk
yang dihadapi adalah berkurangnya meningkatkan hasil dan ketahanan
stok pangan, terutama beras. Di tanaman, sering kali pemulia lebih
Indonesia, dengan proyeksi jumlah fokus pada seleksi varietas unggul
penduduk yang akan mencapai 350 yang memiliki karakteristik khusus,
juta pada tahun 2045, perlu adanya seperti produktivitas tinggi atau
tindakan yang cepat. Peningkatan ketahanan terhadap penyakit
produksi pangan tidak bisa dengan tertentu.
cara yang biasa-biasa saja. Akibatnya, keragaman genetik
“Kita tidak bisa terus tanaman menjadi semakin terbatas,
mengandalkan impor karena dengan beberapa varietas dominan
pasokan global juga belum tentu menggantikan banyak varietas
mencukupi. Ditambah dengan lokal yang sebelumnya beragam. Ia mengungkapkan, saat ini demikian, peran pemerintah adalah
potensi penurunan produksi padi Penurunan keragaman genetik ini beberapa tanaman transgenik yang hanya sebagai regulator. Negara
dan berkurangnya jumlah petani dapat mengurangi kemampuan sudah dikenal masyarakat meliputi nantinya memberikan iklim kondusif
di Indonesia, situasinya semakin tanaman untuk beradaptasi dengan jagung dan kedelai yang toleran bagi pengembangan varietas unggul,
kompleks,” kata Prof. Sobir saat perubahan lingkungan atau terhadap herbisida. Kedua komoditas bahkan mengawal keunggulan ini
Sarasehan Nasional Bioteknologi serangan penyakit baru. pangan tersebut telah disisipi sampai kepada pengguna, terutama
sebagai Upaya Menangani Krisis “Kita sekarang sudah tidak dengan gen yang membuatnya petani.
Pangan Global dan Penguatan memiliki waktu yang lama untuk tahan terhadap aplikasi herbisida. Tak hanya itu, pemerintah
Ketahanan Pangan Nasional, di menghasilkan varietas baru Bahkan kini komersialisasinya sudah juga menjadi penjamin proses
Jakarta, Rabu (31/7). dengan sifat unggul, produktivitas cukup masif. adopsi teknologi dan diseminasi
Bagaimana mengatasinya? tinggi, namun tetap efisien secara “Sederhananya, ketika kita hingga berdampak pada teknologi.
Menurut Sobir, tidak bisa dengan input,” ujarnya. Untuk itu, salah menanam jagung dan kedelai Jadi tugas pemerintah adalah
mengandalkan upaya perluasan satu alternatifnya adalah dengan transgenik, kita tidak perlu repot membuat regulasi yang melindungi
lahan pertanian. Ada beberapa pemuliaan presisi yakni melalui mencabut setiap gulma di lahan. kepentingan nasional pelaku
hal yang perlu diperhatikan. pendekatan mutakhir dalam Cukup dengan mengaplikasikan pengembang varietas unggul serta
Misalnya, kapasitas petani dalam bidang pemuliaan tanaman yang herbisida karena tanaman ini tahan penggunanya. Gsh/Yul