Page 160 - My FlipBook
P. 160
Bagian Ketiga
(wahyu: Qur’an dan Sunnah) menghasilkan pemahaman keagamaannya
(agama yang ‘aktual’).
Dengan ungkapan lain, hubungan antara ilmu dan agama adalah
hubungan yang bersifat dinamik evolutif, yakni suatu “interpretasi manusia
terhadap kebenaran hakiki Allah, lewat fenomena kauliyah dan fenomena
qauliyah, yang berkembang terus”. Perhatikan skema berikut.
Inti pemahaman hubungan tersebut beranjak dari perilaku tauhidi, yaitu
keimanan dan ketundukan mutlak manusia pada Allah, yang antara lain
tercermin dalam pemikiran, sikap, dan perilaku:
a. Bahwa kebenaran mutlak (al-haq) hanya ada pada Allah semata, dan yang
dapat dicapai manusia (dengan interpretasi kauniyah maupun qauliyah)
hanyalah kebenaran yang relatif, dalam skala waktu dan tempat.
b. Kesadaran akan keterbatasan interpretasi tersebut akan menimbulkan sikap
dan perilaku manusia (ilmuwan) untuk: (1) tunduk dan patuh pada Allah
semata; (2) menyadari bahwa ilmu dan kemampuan teknologi (profesi)
yang dikuasainya adalah berasal dan amanah dari Allah; dan (3) motivasi
penerapannya diupayakan dalam rangka pemenuhan amanah tersebut.
c. Keyakinan akan tiadanya pertentangan antara ilmu dan agama, karena
keduanya berasal dari sumber yang sama. “Pertentangan” yang dijumpai
dalam praktek adalah semu, sebagai akibat kesalahan interpretasi ayat
kauniyah, ayat qauliyah, atau keduanya.
d. Kesadaran bahwa ilmu bukan satu-satunya sumber kebenaran, dan bukan
satu-satunya jalan pemecahan bagi problema kehidupan manusia.
148