Page 329 - My FlipBook
P. 329

Isu-Isu Keummatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal


                   3)  Tasamuh  dalam  Ikhtilaf  Tanawwu’    dan  tegas  dalam  Ikhtilaf

                      Tadhadh


                            Macam-macam perbedaan:


                      a.  Ikhtilaf Tanawwu', perselisihan variatif, yaitu perbedaan dalam

                          masalah cabang-cabang  agama, atau rincian kaifiyat ibadah.


                                Imam  Abu  Nu’aim  mengutip  ucapan  Imam  Sufyan  Ats
                          Tsauri, sebagai berikut:


                            .     هنت لاف هيغ ىرت تنأو  يف فلتخا دق يذلا لمعلا لمعي لجرلا تيأر اذإ



                           “Jika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih
                           diperselisihkan,  padahal  engkau  punya  pendapat  lain,  maka
                           janganlah  kau  mencegahnya.”   233   (Imam  Abu  Nu’aim  Al
                           Asbahany, Hilyatul Auliya’, 3/133)

                            Dr. Umar bin Abdillah Kamil berkata:


                            كلامو  فينح بِأ :   رابكلا ينعوبتلما  مئلأا رصع قي اروجوم فلاخطا ناك دهل

                            لميَ  نأ ،هنم دحأ لوايَ لَو .  ،هيغو يعازولأاو يروثلاو دحْأو يعفاشلاو

                                 .     ،هتفلامُ لجأ نم ،هنير وأ ،هملع قي ،همهتي وأ  يأر ىلع نيرخلْا



                           “Telah ada perselisihan sejak lama pada masa para imam besar
                           panutan: Abu Hanifah, Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Ats Tsauri, Al
                           Auza’i,  dan  lainnya.  Tak  satu  pun  mereka  memaksa  yang  lain
                           untuk mengubah agar mengikuti pendapatnya, atau melemparkan
                           tuduhan  terhadap  keilmuan  mereka,  atau  terhadap  agama
                           mereka, lantaran perselisihan itu.” 234




           233  Imam Abu Nu’aim Al Asbahany, Hilyatul Auliya’, 3/133
           234  Dr. Umar bin Abdullah Kamil, Adab Al Hiwar wal Qawaid Al Ikhtilaf, hal. 32. Mauqi’ Al Islam




                                                                                       317
   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334