Page 331 - My FlipBook
P. 331
Isu-Isu Keummatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal
pengingkaran hanya berlaku pada pendapat yang bertentangan
dengan ijma’ (kesepakatan) para ulama.” 236
“Pokok-pokok dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ adalah
seperti kedudukan agama yang dimiliki oleh para nabi. Tidak
seorangpun yang boleh keluar darinya, dan barangsiapa yang
masuk ke dalamnya maka ia tergolong kepada ahli Islam yang
murni dan mereka adalah Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Adapun
bervariasinya amal dan perkataan dalam syariat adalah seperti
keragaman syariat diantara masing-masing Nabi. Perbedaan ini
terkadang bisa pada perkara yang wajib, terkadang bisa juga
pada perkara yang sunnah.” Beliau Rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya masalah-masalah rinci dalam perkara ushul
tidak mungkin disatukan di antara kelompok orang. Karena bila
demikian halny tentu tidak mungkin para sahabat, tabi’in, dan
237
kaum salaf berselisih.”
Katanya lagi: “Ketika perluasan aktifitas dan penganekaragaman
furu’nya semakin dituntut maka sebagai akibatnya adalah
munculnya perselisihan pendapat sesuai yang cocok jiwa masing-
masing pembelanya.” 238 Ia juga berkata: “Adapun manusia yang
cenderung kepada pendapat salah seorang imam atau syaikh
sesuai ijtihadnya. Sebagaimana perbedaan mana yang lebih
afdhal antara adzan dengan tidak adzan, dalam qamat ifrad
(dibaca sekali) atau itsna (dibaca dua kali), shalat fajar itu di
akhir malam atau di saat fajar, qunut subuh atau tidak, bismillah
dikeraskan atau dipelankan, dan seterusnya, adalah merupakan
masalah ijtihadiyah yang juga diperselisihkan para imam-imam
salaf. Dan masing-masing mereka menetapkan keputusan ijtihad
yang lain.”
239
Ibnu Taimiyah juga berbicara terkait perselisihan penentuan
masalah yang qath’I dan tidak qath’I, dia mengatakan:
236 As Suyuthi, Al Asybah wa An Nazhair, Juz 1, hal. 285
237 Ibnu Taimiyah, Majmu’ Al Fatawa, 6/ 56
238 Ibnu Taimiyah, Ibid, 6/58
239 Ibnu Taimiyah, Ibid, Juz, 20./292
319