Page 405 - My FlipBook
P. 405

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


           daripada itu, disebutkan pula bahwa The Asia Foundation bersama USAID (US
           Agency  for  International  Development)  juga  mempunyai  program  reformasi
           pendidikan  di  seluruh  Indonesia  baik  pendidikan  formal  maupun  informal,
           termasuk  reformasi  pendidikan  di  pesantren.  Dalam  reformasi itu nanti  akan
           diajarkan mata pelajaran perbandingan agama, pendidikan sipil, pengembangan
           kurikulum,  workshop-workshop,  training  pedagogi,  dan  kursus  serta  tutorial
           tentang prinsip-prinsip pluralisme dan demokrasi. Semuanya,  menurut mereka,
           disusun berdasarkan pada ajaran Islam, akan tetapi masalahnya berubah menjadi
           justifikasi  Islam  terhadap  paham-paham  tersebut.  Sebab  dalam  Islam  tidak
           terdapat paham pluralisme, yang ada hanyalah pengakuan adanya pluralitas. Islam
           mengakui  adanya  kebinekaan  agama  dan  kepercayaan  tapi  tidak  mengakui
           kebenarannya.

           II. Materi Liberalisasi

           Jika  geralam  missionarisme,  orientalisme  dan  kolonialisme  tersebut  diatas
           dicermati, ternyata didalamnya mengandung pemikiran yang kini digunakan untuk
           program liberalisasi pemikiran Islam. Diperkuat dengan doktrin postmodernisme
           liberalisasi  pemikiran  dan  peradaban  Islam  menggunakan  materi-materi  yang
           berupa  relativisme,  pluralisme  agama,  sekularisme,  humanisme,  dekonstruksi,
           persamaan, feminisme & gender, individualisme, demokrasi dan lain-lain. Untuk
           mengetahuai ide-ide tersebut akan dijelaskan beberapa yang penting sbb:

           a). Kritik terhadap al-Qur’an  302

                   Selain  menanamkan  doktrin  relativisme  langkah  liberalisasi  paling
               strategis adalah melakukan kritik terhadap al-Qur’an yang merupakan sumber
               kekuatan Islam. Ini juga merupakan skenario berdasarkan pengalaman Barat
               Kristen.  Artinya  pengalaman  missionaris  dalam  mengkaji  dan  mengkritik
               Bibel itu digunakan untuk mengkaji dan mengkritik al-Qur’an. Perintisnya
               yang mulai menerapkan metodologi Bibel secara sistematis ke dalam studi al-
               Qur’an  adalah  Theodore  Nöldeke,  dengan  karyanya  Sejarah  al-Qur’an
               (Geschichte des Qorans). 303  Nöldeke kemudian didukung dan diikuti jejaknya




           302   Kajian  serius  tentang  asal  usul  kritik  terhadap  al-Qur’an  baca  Adnin  Armas,  “Metodologi
           Orientalis Dalam Studi al-Qur’an”, dalam Jurnal ISLAMIA, vol. I, tahun ke 3.
           303  Mengenai latar belakang sejarah penulisan dan usaha bersama para orientalis Jerman menulis
           Geschichte des Qorans, lihat karya Lihat Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an



                                                                                       393
   400   401   402   403   404   405   406   407   408   409   410