Page 409 - My FlipBook
P. 409

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


                   Jika jejak orientalis dalam mengkritik al-Qur’an ditiru maka akibatnya al-
               Qur’an  akan  bermasalah  dan  menjadi  seperti  Bibel.  Kritik  terhadap  Bible
               (Biblical  Criticism),  bukan  tanpa  konsekuensi.  Biblical  Criticism,  kata
               Buckley, justru melahirkan ateisme modern. Alasannya lugas dan logis. Ketika
               orang ragu akan teks Bible ia juga ragu akan isinya, akan kebenaran hakekat
               Tuhan  dan  kemudian  tentang  kebenaran  eksistensi  Tuhan  sendiri.  Hasil
               akhirnya  adalah  ateisme.  Itulah  akibatnya  jika  konsep  Tuhan  harus  dicari
               dengan hermeneutik dan kritik terhadap teks Bible. Bahkan, tindakan-tindakan
               seperti menginjak asma Allah, melempar mushaf al-Qur’an ke lantai di depan
               kelas, dan mempersoalkan otentisitas al-Qur’an sudah mulai terjadi dikampus-
               kampus Islam.

                   Kritik  terhadap  al-Qur’an  ini  juga  berkaitan  dengan  proses  penerapan
               metode hermeneutika dalam memahami al-Qur’an. Sebab yang pertama-tama
               harus dilakukan dalam penggunaan hermeneutika ini adalah perubahan status
               teks al-Qur’an dari teks ilahi menjadi teks basyari (manusia). Jika status teks
               sudah  diturunkan  menjadi  bersifat  manusiawi  yang  meruang  dan  mewaktu
               maka dengan hermeneutika seseorang dapat melakukan perubahan teks (nash)
               dan juga perubahan makna-makna aslinya untuk dapat didekonstruksi sesuai
               dengan konteks sosial yang tidak lain adalah humanisme.

           b) Penyebaran doktrin relativisme
               Doktrin  relativisme  mulanya  berasal  dari  Protagoras,  seorang  Sofis  yang
               berprinsip bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu. (man is the measur
               of all things). Doktrin ini berpegang pada prinsip bahwa kebenaran itu sendiri
               adalah relatif terhadap pendirian subyek yang memutuskan. Relativisme juga
               dianggap  sebagai  doktrin  global  tentang  semua  ilmu  pengetahuan.  Disini
               aspek-aspek sang subyek yang menentukan apa makna kebenaran itu, dapat
               dipengaruhi  oleh  latar  belakang  sejarah,  kultural,  sosial,  linguistik,
               psikologis. 312   Dengan  tersebarnya  doktrin  ini  tidak  sedikit  cendekiawan
               Muslim  yang  lalu  berkesimpulan  bahwa  manusia  tidak  ada  yang  tahu
               kebenaran, yang tahu hanya Allah. Bahkan wahyu yang diturunkan kepada
               Nabi Muhammad SAW bukanlah kalam Allah yang absolut, tapi ucapan Nabi
               sebagai manusia yang relatif. Doktrin relativisme ini juga berkaitan dengan


           312   Simon Blackburn, Oxford Dictionary of Philosophy, Oxford University Press, 1996,  s.v.
           relativism



                                                                                       397
   404   405   406   407   408   409   410   411   412   413   414