Page 413 - My FlipBook
P. 413

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


               mendifinisikan,  menjelaskan  dan  menafsirkan  Islam  b)    Menantang  dan
               mengekspos ketidak akuratan pandangan mereka dalam soal penafsiran Islam.

               Diantara  strategi  merubah  penafsiran  itu  adalah  dengan  :  a)  Menekankan
               kontekstualisasi  Ijtihad  (dokonstruksi  Syariah)  b)  Menekankan  komitmen
               terhadap rasionalitas dan pembaruan c) Mengembangkan paham pluralisme
               sosial dan pluralisme agama. 315

               Banyak cara untuk menekankan kontekstualisasi ijtihad. Diantaranya adalah
               dengan  meletakkan  al-Qur’an  sebagai  respon  spontan  terhadap  kondisi
               masyarakat  ketika itu,  sehingga  sifatnya  kontekstual.  Alasannya,  al-Qur’an
               tidak turun di ruang yang hampa, ia dipengaruhi oleh budaya ketika ia turun.
               Bahkan  Nasr  Hamid  menyatakan  bahwa  al-Qur’an  itu  sendiri  merupakan
               produk  budaya.    Sekilas  ini  benar,  tapi  konsekuensi  logisnya  al-Qur’an
               menjadi tidak universal. Ia turun dalam situasi sosial budaya Arab dan zaman
               sekarang tidak dapat difahami seperti ketika ia diturunkan. Dari argumentasi
               ini  kelompok  liberal  dapat  membawa  ayat-ayat  secara  kontekstual.  Dalil
               usuliyah  yang  berbunyi  al-Ibratu  bi  umumillafz,  la  bi  khususi  al-sabab
               (Perintah itu karena adanya kata-kata umum dan bukan karena sebab khusus)
               dibalik menjadi al-Ibratu bi bi khususi al-sabab la umumillafz (Perintah itu
               karena adanya sebab khusus dan bukan karena kata-kata umum). Maksud dari
               sebab khusus adalah konteks budaya. Jadi perintah dan  larangan dalam al-
               Qur’an itu harus dipahami dalam kontek budaya ketika ia diturunkan. Padahal,
               larangan meminum khamr, memakan daging babi, berjudi dan berzina tidak
               berdasarkan  kontek  budaya.  Pembagian  warisan  laki-laki  dua  kali  lipat
               perempuan  juga  demikian.  Dengan  merubah  orientasi  hukum  secara
               kontekstual maka banyak sekali hukum yang dedekonstruksi.

               Selain itu dekonstruksi syariah dilakukan dengan mempersoalkan maslahah.
               Argumentasinya  begini : karena  tujuan ditetapkannya hukum Islam adalah
               untuk menciptakan maslahah kepada ummat manusia maka maqasid syariah
               itu lebih utama daripada Syariah. Menurut kelompok liberal, setiap tindakan
               yang  mengandung  maslahah  itu  pasti  mengandung  syariah.  Padahal  yang
               benar adalah bahwa setiap hukum syariah itu mengandung maslahah. Disini
               yang  dibidik  kaum  liberal adalah  makna  maslalah,  sebab  ia  dapat  dibawa



           315  Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, (terj) 1999: hal. xxi




                                                                                       401
   408   409   410   411   412   413   414   415   416   417   418