Page 411 - My FlipBook
P. 411

Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer


               ilmu-ilmu  Barat  modern.  Inilah  sebenarnya  yang  telah  dilakukan  oleh
               Mohammad Arkoun. Ia mengusulkan, misalnya, agar pemahaman Islam yang
               dianggap  ortodoks    ditinjau  kembali  dengan  pendekatan  ilmu-ilmu  sosial-
               historis  Barat.  Dan  dalam  kaitannya  dengan  pluralisme  agama  ia
               mencanangkan  agar  makna  Ahl  al-Kitab  itu  didekonstruksi  agar  lebih
               kontekstual.  Disitu  ayat-ayat  tentang  Ahlul  Kitab  dijadikan  alat  justifikasi,
               meskipun terkadang dieksploitir tanpa memperhatikan konteks historis  dan
               metodologi tafsir standar. Mindset seperti ini jelas sekali telah terhegomoni
               oleh pemikiran Barat.

               Inti doktrinnya adalah untuk menghilangkan sifat ekslusif ummat beragama,
               khususnya Islam. Artinya dengan paham ini ummat Islam diharapkan tidak
               lagi bersikap fanatik, merasa benar sendiri dan menganggap agama lain salah.
               Menurut  John  Hick,  tokoh  pluralisme  agama,  diantara  prinsip  pluralisme
               agama  menyatakan  bahwa  agama  lain  adalah  sama-sama  jalan  yang  benar
               menuju kebenaran yang sama  (Other religions are equally valid ways to the
               same truth).

               Di Indonesia faham ini disebar luaskan pertama-tama oleh Sekolah Tinggi
               Teologi  Kristen,  dan  diikuti  oleh  para  cendekiawan  Muslim.  Jadi,
               pengembangan  Teologi  Pluralis  itu  sendiri  sebenarnya  merupakan
               pelaksanaan  dari  teori  Samuel  Zwemmer  untuk  melemahkan  umat  Islam.
               Dengan teologi semacam itu, umat Islam sudah terjebak untuk tidak meyakini
               kebenaran agamanya.

               Penyebatan  paham  pluralisme  agama  adalah  salah  satu  agenda  liberalisasi
               pemikiran.  Pluralisme  agama  adalah  inovasi  teologis,  yang  dibawa  oleh
               agamawan  liberal,  yaitu  bentuk  finalnya  adalah  pluralisme  agama.  Dalam
               kaitannya  dengan  gerakan  Postmodernisme,  maka  jelaslah  bahwa  paham
               (Pluralisme agama) ini dianut oleh mereka yang menerima aliran-aliran filsafat
               postmodern,  khususnya  dekonstruksionisme    Kelompok  agamawan  Liberal
               dalam agama-agama ini, tidak lagi mengklaim bahwa agama mereka adalah
               sempurna dan absolute

           d. Penyebaran gagasan kawin antar agama

               Dampak  yang  lebih  kongkrit  dan  berbahaya  dari  paham  pluralisme  adalah
               diplokamirkannya praktek kawin beda agama. Untuk itu para cendekiawan
               Muslim mencoba merobah konsep ahlul kitab dalam al-Qur'an dan Hadith,




                                                                                       399
   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415   416