Page 410 - My FlipBook
P. 410

Bagian Kempat



                doktrin sofisme yang mempunyai implikasi yang dalam terhadap epistemologi
                Islam.  Jika  doktrin  ini  diterima  oleh  seorang  Muslim  maka  struktrur  ilmu
                pengetahuan dalam Islam dan bahkan agama Islam itu sendiri sudah tidak ada
                artinya apa-apa lagi, karena semua relatif. Beragama menjadi sia-sia belaka,
                karena tidak ada kebenaran yang pasti yang bisa dipegang.  Dengan berpegang
                pada doktrin ini maka ummat Islam tidak lagi masalah apakah mengikuti cara
                berfikir Islam atau Barat yang sekuler dan liberal.

            c). Penyebaran paham Pluralisme Agama

                Makna  pluralisme  agama  paska  fatwa  MUI  banyak  diperdebatkan  orang.
                Namun  perlu  diketahui  bahwa  menurut  definisi  resmi  mereka  pluralisme
                adalah  teori  yang  seirama  dengan  relativisme  dan  sikap  curiga  terhadap
                kebenaran  (truth).  Ia  terkadang  juga  dipahami  sebagai  doktrin  yang
                berpandangan  bahwa  disana  tidak  ada  pendapat  yang  benar  atau  semua
                pendapat adalah sama benarnya.  (no view is true, or that all view are equally
                true). 313   Dalam aplikasinya terhadap agama maka pandangan ini berpendapat
                bahwa  semua  agama  adalah  sama  benarnya  dan  sama  validnya.  Paham
                pluralisme agama memiliki sekurang-kurangnya dua aliran yang berbeda tapi
                ujungnya sama yaitu: aliran kesatuan transenden agama-agama (transcendent
                unity of religion) dan teologi global (global theology). Yang pertama lebih
                merupakan  protes  terhadap  arus  globalisasi,  sedangkan  yang  kedua  adalah
                kepanjangan tangan dan bahkan pendukung gerakan globalisasi, dan paham
                yang kedua inilah yang kini ujung tombak gerakan westernisasi.


                Karena pluralisme agama ini sejalan dengan agenda globalisasi, ia pun masuk
                kedalam wacana keagamaan agama-agama, termasuk Islam. Ketika paham ini
                masuk  kedalam  pemikiran  keagamaan  Islam  respon  yang  timbul  hanyalah
                adopsi ataupun modifikasi dalam takaran yang minimal dan lebih cenderung
                menjustifikasi. Akhirnya yang terjadi justru peleburan nilai-nilai dan doktrin-
                doktrin keagamaan Islam kedalam arus pemikiran modernisasi dan globalisasi.
                Caranya  adalah  dengan  memaknai  kembali  konsep  Ahlul  Kitab  dengan
                pendekatan Barat. Jika perlu makna itu di dekonstruksi dengan menggunakan


            313  Simon Blackburn,  Oxford Dictionary of Philosophy, Oxford University Press, Oxford, lihat
            “Pluralism”.



            398
   405   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415