Page 415 - My FlipBook
P. 415
Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer
segi anatomi biologis atau jenis kelamin, tapi mengkaji aspek sosial, budaya,
psikologis dan aspek-aspek non-biologis lainnya. 317
Meskipun demikian, gerakan yang berasal dari doktrin equality (persamaan)
dalam segala hal di masyarakat pada akhirnya semakin menampakkan ciri-ciri
budaya Baratnya dari pada unsur kemanusiaannnya. Salah satu teori
femenisme (Feminsme Radikal) misalnya menuntut persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan dalam soal hak sosial dan juga seksual. Artinya
kepuasan seksual dapat juga diperoleh dari sesama perempuan. Dan oleh
karena itu lesbianisme dan homoseksualisme dapat diberi hak hidup.
Implikasinya, perempuan tidak harus tergantung kepada laki-laki, dalam soal
kebutuhan materi tapi juga dalam soal kebutuhan seksual. Akibat terpengaruh
oleh ide-ide ini seorang Muslimah dari Canada bernama Irsyad Manji di
datangkan ke Indonesia untuk menyebarkan faham ini. Demikian pula buku-
buku Aminah Wadud, Fatimah Mernissi, Binti Syati’ dan sebagainya banyak
dierjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
g) Disseminasi paham dan kepercayaan masyarakat Barat yang terdiri dari
prinsip-prinsip kebebasan (liberalisme), persamaan, individualisme,
demokrasi dan lain-lain. Paham dan kepercayaan ini di adopsi secara amatiran
(baca sesuka hati) tanpa proses epistemologi yang jelas kedalam alam pikiran
keagamaan Islam. Hasil dari usaha ini sudah tentu kerancuan pemikiran dan
ketidakjelasan struktur konsepnya.
III. Sikap Muslim
Tantangan ini perlu disikapi dengan kritis dan direspon secara akademis. Sebab
tantangan ini adalah bagian dari apa yang selama ini dikenal di dunia Islam dengan ghazwul
fikri, perang pemikiran. Media untuk itu sudah tentu tidak berupa senjata fisik, tapi lebih
berupa kerja-kerja intelektual. Pemikiran biasanya disebar luaskan melalui berbagai media,
baik media elektronik, media masa, seminar-seminar, workshop-workshop, bahkan kini telah
masuk kedalam bangku-bangku kuliah di perguruan tinggi Islam. Selain itu, mulut para
cendekiawan Muslim juga menjadi senjata yang sangat ampuh untuk peperangan ini, karena
dengan melalui mereka ide-ide itu akan diterima masyarakat sebagai pemikiran baru dalam
Islam atau pembaharuan pemikiran. Padahal, seperti yang akan dibuktikan dalam makalah
ini, pemikiran liberalisasi, sekularisasi dan pluralisme agama tidak berasal dari Islam atau
khazanah intelektual Islam. Akar tantangan pemikiran ini adalah gabungan pemikiran
orientalis, missionaries dan politik kolonialis. Jadi, program liberalisasi pemikiran kegamaan
317 Lindsey, Gender Roles: A Sociologixal Perspective, New Jersey, Prientice Hall, hal. 2.
403