Page 526 - My FlipBook
P. 526

Bagian Kempat



            As-Sunnah  yang  maqbuulah  (yang  dapat  diterima  sebagai  sumber  kedua).
            Sedangkan  tokoh  yang  disegani  dalam  arti  dihormati  dan  diikuti  adalah  Nabi
            Muhammad  s.a.w  dan  para  ulama  yang  mengikutinya  dan  mendakwahkan
            ajarannya.  Sementara  itu,  kebenaran  yang  diikuti  dan  didakwahkan  berdasar
            prinsip  dedukasi,  yang  artinya  bersumber  pada  Al-Qur’an  dan  As-Sunnah  al-
            Maqbulah dan kemudian menjabarkannya dalam kehidupan secara nyata.

                  Uraian di atas menegaskan bahwa agama, apalagi agama islam, meletakkan
            “agama”  sebagai  basis  otonom  ketika  berhadapan  dengan  sistem  aturan  yang
            berangkat dari prinsip induksi, yaitu dalam arti aturan yang dirumuskan berbagai
            dasar  pemikiran  atau  pengalaman  sejarah.  Hak-hak  asasi  manusia  (HAM)
            berangkat dari prinsip induksi ini. Itulah sebabnya tidak aneh kalau agama, dalam
            hal ini agama islam terutama, tidak ada jeda dalam berbeda pandangan dengan
            HAM  yang  sudah  diinternasionalisasikan  lewat  lembaga  internasional
            Perserikatan  Bangsa-Bangsa  (PBB).  Intinya  adalah  disebabkan  berbedanya
            metodologi dalam merumuskan konsep-konsep dari 2 (dua) lembaga tersebut :
            agama islam berdasarkan deduksi terutama dan HAM berdasar induksi.

                  Kita  perlu  menengok  tentang  HAM  ini.  Kelahiran  HAM  tidak  bisa
            dilepaskan dari perkembangan pemikiran induksi dari dunia Barat, terutama Eropa
            dan Amerika Serikat. Kejadian-kejadian kemanusiaan dalam proses-proses politik
            di Eropa yang kemudian disokong oleh hasil-hasil pemikiran para filosof Eropa
            dan akhirnya dipertegas para penggas dari Amerika Serikat (misalnya Presiden
            Amerika Serikat D. Roosevelt), menggugah kesadaran tentang pengaturan hak-
            hak asasi manusia. Namun, dalam proses perumusannya sangat dipengaruhi oleh
            kondsi Lembaga PBB antara tahun 1946-1948 (Cassese, 2005 : 39-47). Bahwa
            keanggotaan PBB sekitar tahun 1946-1948 banyaknya baru 58 negara yang terdiri
            dari : 14 negara Barat (termasuk Australia dan Selandia Baru), 20 negara Amerika
            Latin,  6  negara  sosialis  dari  Eropa  Tengah  dan  Eropa  Timur  (Unisoviet,
            Cekoslovakia, Polandia, Ukraina, Belorusia, Yugoslavia), 4 negara Afrika (Mesir,
            Ethiopia, Liberia, Uni Afrika Selatan), dan 14 negara Asia (diantaranya adalah
            Lebanon,  Suriah/Syria,  Turki,  Irak,  Iran,  Pakistan,  Afghanistan,  India,  Birma,
            Thailand, Filipina, Cina, Arab Saudi). Keanggotaan PBB sebanyak itu terpecah
            menjadi 3 (tiga) kelompok (blok), yaitu: negara Barat, negara Sosialis, dan negara
            “Dunia  Ketiga”  (negara  berkembang).  Tiga  orientasi  blok  ini  mempengaruhi
            keputusan-keputusan  yang  diambilnya  yang  tidak  jarang  menimbulkan





            514
   521   522   523   524   525   526   527   528   529   530   531