Page 133 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 133

Perubahan politik nasional juga berdampak pada disahkannya Undang-Undang
                 Nomor 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan Anggota
                 DPR.  Dengan  disahkannya  Undang-Undang  Nomor  7  Tahun  1953  tersebut,
                 Undang-Undang  Nomor  27  Tahun  1948  tentang  pemilihan  Anggota  DPR
                 menjadi  tidak  berlaku.  Berdasarkan  Undang-Undang  Nomor  7  Tahun  1953
                 Pemilu 1955 dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) yang diangkat
                 dan diberhentikan Presiden (Surbakti dan Nugroho, 2015).


                 Pemilu di masa  Orde  Baru (1971-1997) yang diatur dalam  Undang-Undang
                 Nomor 15 Tahun 1969 dilaksanakan oleh Lembaga Pemilihan Umum (LPU)
                 yang  diketuai  oleh  Menteri  Dalam  Negeri.  Bentuk  kelembagaannya  tentu
                 berada  dalam  struktur  pemerintahan  yakni  di  bawah  Kementerian  Dalam
                 Negeri. Di bawah LPU ada struktur dan organ PPI (Panitia Pemilihan Indonesia)
                 yang bersifat ad hoc di tingkat pusat dan PPD (Panitia Pemilihan Daerah) di
                 tingkat  daerah  yang  melekat  dalam  pemerintahan  daerah.  Anggota  panitia
                 pemilihan, baik di pusat ataupun daerah, ditunjuk dan dapat diberhentikan
                 oleh  kepala  pemerintahan  (Presiden,  Gubernur,  ataupun  Bupati/Walikota).
                 Pada  pemilu  1982,  Panitia  Pengawas  Pelaksananaan  (Panwaslak)  Pemilu
                 pertama kalinya lahir dan melekat pada LPU.


                 Pada Pemilu pertama pasca reformasi yakni Pemilu 1999, LPP di Indonesia
                 bertransformasi menjadi model Campuran. Undang-Undang Nomor 3 tahun
                 1999 tentang Pemilu mengamanatkan bahwa Pemilu dilaksanakan oleh Komisi
                 Pemilihan Umum yang bebas dan mandiri, yang terdiri dari atas unsur Parpol-
                 Parpol  peserta  Pemilihan  Umum  dan  Pemerintah,  yang  bertanggung  jawab
                 kepada  Presiden.  Presiden  membentuk  Komisi  Pemilihan  Umum  (KPU)
                 berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum
                 yang terdiri atas Unsur-Unsur Parpol Peserta Pemilu dan Pemerintah. Masing-
                 masing  Parpol  mengutus  seorang  wakil  dan  pemerintah  mengirimkan
                 sebanyak 5 (lima) orang. Oleh karena Parpol saat itu berjumlah 48 (empat
                 puluh  delapan)  dan  ditambah  dengan  perwakilan  dari  Pemerintah,  maka
                 jumlah Anggota KPU secara keseluruhan adalah 53 (lima puluh tiga) orang. KPU
                 kemudian membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut
                 PPI  sebagai Pelaksana KPU dalam pemilihan umum. PPI kemudian membentuk
                 PPD I (Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I). PPD I membentuk PPD II. PPD juga
                 terdiri  dari  unsur  Pemerintah  dan  Parpol  peserta  pemilu  sesuai  dengan





                                               BAB 4 – KELEMBAGAAN PENYELENGARA PEMILU     117
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138