Page 241 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 241

masyarakat  politik  otonom  yang  ditandai  dengan  luasnya  minat  dan
                 partisipasi  masyarakat  dalam  politik  serta  besarnya  peranan  prosedur-
                 prosedur  rasional  dalam  proses  pengambilan  keputusan  politik.  Ruang-
                 ruang  partisipasi  itulah  yang  harus  dibuka  agar  kualitas  proses  pemilu
                 menjadi lebih baik. Semua aspek kepemiluan mulai dari regulasi dan teknis
                 mesti  mendukung  terwujudnya  prinsip  transparansi  dan  akuntabilitas.
                 Pemimpin yang terpilih dari proses politik yang transparan dan akuntabel
                 diharapkan  memiliki  komitmen  untuk  mewujudkan  demokrasi  substantif
                 seperti pemerataan, kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat.


                 F.3.  Identifikasi  tantangan/hambatan  dan  cara  mengatasinya  dalam
                       tahapan akhir pemilu

                 Seperti  yang  telah  disampaikan  dari  detail  kegiatan  yang  terjadi  dalam
                 tahapan pasca pemilu, gambar berikut ini menjelaskan berbagai tantangan
                 yang biasanya dihadapi oleh para penyelenggara pemilu sekaligus berbagai
                 contoh dalam cara mengatasinya.


                         Tabel 5.3. Tantangan/Hambatan dan Cara Mengatasinya
                                         Di Tahap Pasca Pemilu

                  Program/        Tantangan/hambatan              Cara mengatasinya
                  kegiatan
                 Sengketa Perselisihan Hasil Pemilu
                             1.  KPU tidak siap dengan bukti,   1.  mengedukasi masyarakat untuk
                                data dan kronologis kasus      paham tentang proses
                             2.  tidak ada konsolidasi dan     penyelesaian sengketa
                                pengawalan atas sengketa yang   2.  mengingatkan peserta pemilu
                                berlangsung                    untuk tidak memaksakan
                             3.  KPU tidak mampu menyajikan    kehendak atau menggunakan
                                argumentasi hukum dengan       kekerasan namun menyentuh
                                baik                           jalur hukum.
                             4.  MK tidak konsisten dalam   3.  mendorong KPU
                                menggunakan pertimbangan       mempersiapkan diri dengan
                                hukum dan pembuatan            baik dalam menghadapi
                                keputusan.                     sengketa Pemilu.
                             5.  MK tidak konsisten dalam   4.  mendorong MK untuk
                                penerapan hukum acara (misal   konsisten dalam menerapkan
                                tidak sesuai dengan jadwal     hukum acara dan
                                penerimaan perkara)            pertimbangan hokum
                                                            5.  mendorong masyarakat untuk
                                                               menghormati apapun putusan

                                                                 BAB 5 – TAHAPAN PEMILU    225
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246