Page 33 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 33

Putusan  MK  tersebut.  Contoh  berikutnya  adalah  putusan  MK  tentang
                 penyelenggaraan     Pemilu     serentak.    MK     menyatakan      bahwa
                 penyelenggaraan Pemilu serentak ditujukan untuk setidaknya beberapa hal,
                 diantaranya  adalah  penguatan  sistem  presidensial,  penguatan  koalisi
                 berbasis ideologi, penyederhanaan sistem kepartaian, mendorong perilaku
                                                                                         5
                 pemilih yang rasional sehingga mengurangi konflik, dan efisiensi anggaran.
                 Hasil Pemilu serentak 2019 sebenarnya tidak dapat menjawab argumen MK
                 tersebut  karena  jumlah  Parpol  yang  mendapatkan  kursi  di  DPR  tidak
                 berkurang  signifikan,  kompetisi  para  peserta  Pemilu  Presiden  dan  Wakil
                 Presiden terbilang sengit dan mengkhawatirkan dalam menciptakan konflik
                 sosial,  ada  kecenderungan  koalisi  yang  akan  terbentuk  pun  sangat
                 pragmatis dan tidak ideologis dan anggaran Pemilu yang tidak efisien.

                 Kelima, oleh karena KPU RI sebagai penyelenggara Pemilu membutuhkan
                 anggaran dengan dukungan dari pemerintah dan DPR, hal tersebut tentu
                 bukanlah hal yang mudah. Dalam pembahasan penetapan anggaran Pemilu
                 serentak  2019,  misalkan,  KPU  menyatakan  kebutuhan  yang  ada  adalah
                 sebanyak  30  Trilyun.  Namun  demikian,  atas  kesepakatan  Kementrian
                 Keuangan,  DPR  RI,  dan  para  penyelenggara  Pemilu,  anggaran  Pemilu
                 disahkan sebanyak 25,6 Trilyun untuk tiga tahun berjalan (2017,2018, dan
                 2019)  (Rachman  2019).  Sedangkan  dalam  konteks  pilkada,  menurut
                 Pratama,  Agustiyati,  dan  Sadikin  (2018),  ada  keterkaitan  antara  calon
                 petahana  yang  ikut  berkompetisi  dalam  pilkada  dengan  jumlah  nominal
                 angka anggaran yang disetujui dalam pilkada di daerah yang bersangkutan.
                 Dalam konteks nasional dan lokal, dua hal tersebut menegaskan bahwa para
                 penyelenggara  Pemilu  menghadapi  situasi  yang  tidak  mudah  untuk
                 bernegosiasi  tentang  penetapan  dan  persetujuan  jumlah  anggaran  yang
                 sesuai kebutuhan.


                 Namun demikian, terdapat beberapa capaian dalam regulasi kepemiluan di
                 Indonesia sejauh ini. Sebagai contoh, konsitusi telah menyebutkan secara
                 eksplisit keberadaan lembaga penyelenggara pemilu dengan sifatnya yang
                 nasional, tetap dan mandiri. Hal ini tentu saja merupakan capaian tersendiri
                 mengingat  praktik-praktik  penyelenggaran  pemilu  sebelumnya  (Pemilu
                 Orde  Baru)  yang  berada  di  bawah  kendali  pemerintah  memiliki  masalah
                 serius terkait dengan sifat kemandirian dari lembaga penyelenggara Pemilu.


              5  Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013.
                                                   BAB 1 - TATA KELOLA PEMILU DI INDONESIA   17
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38