Page 29 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 29

D. Politik Kepemiluan


                 Membicarakan  tata  kelola  pemilu,  tentu  saja  tidak  bisa  kita  pisahkan
                 dengan  topik  politik  kepemiluan.  Adapun  yang  dimaksud  dengan  politik
                 kepemiluan  adalah  hal  ihwal  yang  terkait  dengan  pemilu  yang  memiliki
                 interaksi kuat dengan sistem politik yang ada, relasi kuasa para aktor politik
                 dan  respon  publik,  pemilih,  penyelenggara  ataupun  negara  terhadap
                 aktivitas pemilu. Untuk itu, ada beberapa poin penting dalam kerangka legal
                 kepemiluan  yang  sangat  menentukan  karakter  tata  kelola  pemilu  di
                 Indonesia.


                 Pertama,  UUD  1945  telah  menempatkan  desain  pemilihan  presiden  dan
                 wakil presiden secara langsung dengan jelas ketimbang desain pemilihan
                 legislatif dan pemilihan kepala daerah. Dalam pasal 6A Ayat 3 UUD 1945 pun
                 tegas menjelaskan mekanisme untuk mengatur penentuan pemenang bagi
                 calon  presiden  dan  wakil  presiden  terpilih.  Sementara  itu,  pemilihan
                 legislatif (DPR, DPD dan DPRD) hanya disebutkan dalam pasal 22E dilakukan
                 secara langsung yang kemudian dibahas secara mendalam di UU Pemilu
                 tentang  Pemilihan  Umum  (UU  Pemilu).  Relatif  sama  dengan  pemilu
                 legislatif, pilkada pun ditekankan dalam pasal 18 ayat 4 UUD 1945 dilakukan
                 secara demokratis. Namun, hal yang berbeda adalah kerangka legal pilkada
                 merujuk  dua  regulasi  yang  berlaku  untuk  diimplementasikan,  yakni  UU
                 Pemilu  dan UU No. 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No.
                 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti UU No.
                 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi
                 Undang-Undang  (UU  Pilkada).  Untuk  itu,  para  pembuat  kebijakan  masih
                 memiliki  ruang  yang  cukup  memadai  dalam  melakukan  perubahan  dan
                 revisi  mengenai  desain  pemilu  legislatif  dan  pilkada  ketimbang  pemilu
                 presiden dan wakil presiden.


                 Kedua  adalah terkait dengan  aktor pembuat  kerangka  legal  kepemiluan.
                 Secara  sederhana,  Dewan  Perwakilan  Rakyat  (DPR)  adalah  lembaga
                 pembuat undang-undang tentang pemilihan umum. Anggota DPR adalah
                 merupakan terdiri dari Parpol dan Calon yang menjadi peserta pemilihan
                 umum. Sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu
                 (Bawaslu)  dan  Dewan  Kehormatan  Penyelenggara  Pemilu  (DKPP)  adalah
                 lembaga  pelaksana  undang-undang  pemilu.  KPU  menterjemahkan  lebih
                 lanjut  tugas,  wewenang  dan  kewajibannya  sebagaimana  diatur  di  dalam

                                                   BAB 1 - TATA KELOLA PEMILU DI INDONESIA   13
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34