Page 53 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
P. 53

Pemilu  tidak  hanya  sekedar  dilaksanakan  secara  periodik  namun  Pemilu
                 mengandung makna penting bahwa kedaulatan itu berada di tangan rakyat.
                 Rakyat menjadi instrumen terpenting dalam proses Pemilu itu, sebab yang
                 menerima dampak secara langsung dari Pemilu itu adalah rakyat itu sendiri.
                 Rakyat  tidak  sekedar  memiliki  hak  untuk  memilih  siapa  saja  yang
                 dikehendakinya namun dituntut pula sebuah kewajiban politik agar memilih
                 calon  yang  nilai  cakap,  berkualitas,  berpengalaman  sebagai  representasi
                 politiknya.  Pemilihan  umum  merupakan  sarana  memobilisasi  dan
                 menggalang  dukungan  rakyat  terhadap  negara  dan  pemerintah  dengan
                 jalan ikut serta dalam proses politik (Surbakti 2010)


                 Pemilu akan menentukan apakah sebuah negara berhasil mewujudkan cita-
                 cita  demokrasi  yakni  kesejahteraan  dan  kemakmuran  rakyat  atau
                 sebaliknya. Hasil atau dampak Pemilu akan sangat tergantung pada apakah
                 tata  kelola  Pemilu  itu  berproses  dengan  baik  atau  tidak.  Pengalaman  di
                 sejumlah  negara  menunjukkan  bahwa  ternyata  Pemilu  itu  tidak
                 memberikan  perubahan  apapun.  Pemilu  hanyalah  sekedar  melegitimasi
                 kekuasaan lama atau sekedar melahirkan perubahan struktur kekuasaan.
                 Pemilu  yang   demikian  adalah  Pemilu   yang kehilangan roh demokrasi
                 (Gaffar,  2012).  Akibat  dari  itu  negaranya  tetap  terlilit  kemiskinan,
                 kebodohan dan ketertinggalan karena calon terpilih dalam pemilu ternyata
                 tidak cakap menjalankan fungsi-fungsi legislatif dan eksekutif. Ada negara
                 mengalami  konflik  berkepanjangan  bahkan  yang  terparah  ketika  pasca
                 Pemilu negara itu bubar.


                 Dengan demikian tidak selamanya negara yang melaksanakan Pemilu dapat
                 disebut juga sebagai negara demokratis. Pemilu curang, penuh rekayasa,
                 intimidasi dan manipulasi tidak bisa disetarakan dengan nilai dan prinsip
                 demokrasi.  Pemilu  dan  demokrasi  dapat  disetarakan  apabila  kebebasan
                 politik  rakyat  dipastikan  terjamin  serta  kewajiban  semua  unsur  untuk
                 melaksanakannya secara berintegritas. Itulah sebanya Pemilu di Indonesia
                 menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (luber dan
                 jurdil)


                 Penggunaan istilah luber dan jurdil sebagai asas Pemilu bukan hal yang baru
                 berlaku  pada  Pemilu  saat  ini.  Dalam  Pemilu  tahun  1971,  seperti  yang
                 dicantumkan  dalam  Undang-Undang  Nomor  15  Tahun  1969  tentang
                 Pemilihan  Umum  Anggota-anggota  Badan  Permusyawaratan/Perwakilan

                                                            BAB 2 – NILAI DAN ASAS PEMILU   37
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58