Page 17 - Buku Saku Pendidikan Kewarganegaraan - Adel Amelia
P. 17

Partisipasi masyarakat dalam mengawasi kinerja pemerintahan juga merupakan bagian penting
               dari  upaya  menjaga  integritas  negara.  Mekanisme  check  and  balance,  pelaporan  dugaan
               penyimpangan  melalui  lembaga-lembaga  pengawas,  serta  keterlibatan  aktif  dalam  proses
               demokrasi menjadi instrumen vital untuk membangun tatanan pemerintahan yang bersih dan
               bermartabat.



               2.4 Studi Kasus: Perilaku Antikorupsi sebagai Wujud Integritas

               Korupsi merupakan bentuk nyata dari pengkhianatan terhadap nilai-nilai integritas. Korupsi
               merusak  tatanan  kehidupan  berbangsa  dan  bernegara,  melemahkan  sistem  hukum,
               memperbesar ketimpangan sosial, dan menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap institusi
               negara. Transparency International mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan
               publik untuk keuntungan pribadi. Di Indonesia, korupsi menjadi masalah kronis yang telah
               mengakar sejak lama dan menjadi salah satu faktor utama penghambat pembangunan nasional.
               Oleh karena itu, perilaku antikorupsi menjadi wujud paling konkret dari penerapan integritas
               dalam kehidupan sehari-hari.

               Perilaku  antikorupsi  dapat  didefinisikan  sebagai  sikap  dan  tindakan  yang  menolak  segala
               bentuk  penyimpangan  kekuasaan,  suap,  manipulasi,  dan  gratifikasi.  Menurut  Komisi
               Pemberantasan  Korupsi  (KPK),  membangun  budaya  antikorupsi  bukan  hanya  tugas  aparat
               penegak  hukum,  tetapi  juga  melibatkan  seluruh  elemen  masyarakat,  mulai  dari  keluarga,
               sekolah, dunia usaha, hingga birokrasi pemerintahan. Pendidikan karakter berbasis integritas
               dan antikorupsi harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda tumbuh dengan nilai-nilai
               kejujuran, tanggung jawab, dan keberanian moral.

               Salah  satu  contoh  nyata  perilaku  antikorupsi  sebagai  wujud  integritas  dapat  dilihat  dari
               program  “Sahabat  Integritas”  yang  dilaksanakan  di  beberapa  sekolah  dan  universitas  di
               Indonesia. Program ini mengajarkan nilai-nilai antikorupsi melalui metode pembelajaran aktif
               seperti simulasi peradilan, drama, debat publik, dan proyek sosial. Dengan pendekatan ini,
               peserta  didik  tidak  hanya  memahami  konsep  antikorupsi  secara  teoretis,  tetapi  juga
               menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam perilaku mereka sehari-hari. Evaluasi program
               menunjukkan bahwa peserta yang aktif dalam kegiatan ini memiliki sensitivitas yang lebih
               tinggi terhadap tindakan-tindakan koruptif di lingkungan mereka dibandingkan dengan yang
               tidak mengikuti.
               Di bidang pemerintahan, upaya membangun integritas dan perilaku antikorupsi diwujudkan
               melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), transparansi pengadaan
               barang dan jasa melalui e-procurement, serta mekanisme pengaduan masyarakat yang terbuka.
               Selain itu, penerapan prinsip akuntabilitas dalam laporan keuangan negara dan pemberlakuan
               keterbukaan informasi publik mendorong partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya
               pemerintahan. Menurut World Bank (2000), transparansi dan akuntabilitas merupakan dua pilar
               utama dalam mencegah praktik korupsi dan memperkuat kepercayaan publik terhadap negara.


               Namun  demikian,  membangun  perilaku  antikorupsi  tidaklah  mudah.  Hambatan  struktural
               seperti budaya patronase, lemahnya sistem pengawasan internal, dan ketidakberanian aparat



                                                           13
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22