Page 34 - Buku Saku Pendidikan Kewarganegaraan - Adel Amelia
P. 34

3.  Kedaulatan Rakyat

               Kedaulatan rakyat adalah prinsip yang menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara
               berada di tangan rakyat. Dalam konteks Indonesia, kedaulatan rakyat ditegaskan dalam Pasal
               1 ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
               menurut  Undang-Undang  Dasar.” Artinya,  semua  tindakan  pemerintah  harus  berlandaskan
               pada kehendak rakyat yang diwakilkan melalui lembaga-lembaga demokratis, seperti DPR,
               DPD, DPRD, dan pemerintahan yang dipilih secara sah.

               Kedaulatan rakyat juga mengandung makna bahwa rakyat memiliki hak untuk mengawasi,
               mengkritik,  dan  bahkan  mengganti  pemerintah  melalui  mekanisme  konstitusional  jika
               pemerintah  tidak  lagi  menjalankan  mandatnya  dengan  benar.  Di  era  demokrasi  modern,
               pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak terbatas pada momentum pemilu, tetapi harus tercermin
               dalam partisipasi aktif masyarakat dalam proses-proses politik, seperti penyampaian aspirasi,
               petisi,  demonstrasi  damai,  partisipasi  dalam  perumusan  kebijakan  publik,  dan  keterlibatan
               dalam pengawasan program-program pemerintah.

               Contohnya,  gerakan  masyarakat  sipil  dalam  mengawal  Rancangan  Kitab  Undang-Undang
               Hukum  Pidana  (RKUHP)  beberapa  waktu  lalu  menunjukkan  bagaimana  rakyat  Indonesia
               menggunakan hak kedaulatannya untuk menyuarakan keberatan atas kebijakan yang dianggap
               tidak berpihak pada keadilan sosial. Ini merupakan bukti hidup bahwa demokrasi tidak hanya
               tentang  memilih,  tetapi  juga  tentang  terus  mengawasi  dan  berpartisipasi  dalam  jalannya
               pemerintahan.



               4.4 Partisipasi Aktif Warga Negara dalam Demokrasi

               Dalam  negara  demokrasi,  partisipasi  aktif  warga  negara  menjadi  unsur  vital  dalam
               mewujudkan pemerintahan yang benar-benar mencerminkan kehendak rakyat. Partisipasi ini
               mencerminkan kesadaran politik warga untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan
               publik, tidak hanya pada saat pemilu, tetapi juga dalam berbagai kegiatan sosial-politik sehari-
               hari. Menurut Sidney Verba, partisipasi politik meliputi seluruh aktivitas warga negara yang
               dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak
               langsung.  Demokrasi  tanpa  partisipasi  rakyat  akan  menjadi  demokrasi  prosedural  semata,
               kehilangan esensinya sebagai pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.

               Berikut bentuk-bentuk partisipasi aktif warga negara dalam demokrasi:

               1.  Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu

               Salah  satu  bentuk  partisipasi  politik  paling  dasar  adalah  menggunakan  hak  pilih  dalam
               pemilihan umum. Melalui hak pilih, warga negara menentukan arah pemerintahan dan memilih
               wakil-wakil yang akan membuat serta mengawasi kebijakan publik. Dalam konteks Indonesia,
               pemilu diselenggarakan secara periodik setiap lima tahun untuk memilih Presiden, anggota
               DPR, DPD, DPRD, serta kepala daerah. Rendahnya tingkat partisipasi pemilih dapat merusak
               legitimasi  demokrasi  dan  menghasilkan  pemerintahan  yang  lemah.  Oleh  karena  itu,  warga
               negara  yang  sadar  demokrasi  harus  menggunakan  hak  pilihnya  dengan  bijak,  berdasarkan


                                                           30
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39