Page 164 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 164

Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang



                     jumlah pasukan, kendaraan, serta senjata. Imamura dan ter

                     Poorten  menandatangani  kedua  dokumen  itu”.  Imamura

                     kemudian menuliskan peristiwa penandatangani itu dalam

                     buku hariannya,
                             “Saya  sangat  terharu  dan  kasihan  melihat  bagaimana

                     Letnan Jenderal itu mengeluarkan pulpen dari saku jas

                     seragamnya dan dengan air mata berlinang menandatangani

                     dokumen-dokumen itu. Waktu itu pukul 13.20 waktu Jawa.”                    2
                             Segera  setelah  penyerahan  “tanpa  syarat”  Belanda

                     di Kalijati, kendali kuasa atas Indonesia beralih kepada

                     pemerintahan militer Jepang. Orang Indonesia umumnya

                     menyambut kedatangan Jepang dengan perasaan gembira

                     bahkan juga dengan rasa kagum. Jepang dianggap sebagai
                     pembebas mereka dari penjajahan Belanda. Serdadu-serdadu

                     Jepang itu menimbulkan rasa kagum penduduk ketika mereka

                     memasuki kota-kota tanpa mendapat perlawanan dari pasukan

                     Belanda. Mobil-mobil truk perang diiringi pasukan Jepang
                     berkendaraan sepeda, mobil atau truk biasa. Bendera Merah

                     Putih dikibarkan, ada kalanya berdampingan dengan bendera

                     Hinomaru  di  berbagai  tempat.  Kata  “banzai”,  yang  berarti

                     “selamat datang”, terucap berulang-ulang dan keras dari mulut

                     penduduk yang “terbius”. Sementara serdadu Jepang mendapat
                     sambutan meriah, orang-orang Belanda yang muncul di jalan-

                     jalan, mendapat “hadiah” berupa ejekan dan caci maki.                3




                     2  J.C. Bijkerk, Selamat Berpisah, Sampai Berjumpa di Saat yang Lebih Baik, terj.
                         Moerhardanoes. Jakarta. 1988. Penerbit Djambatan, op.cit. Imran (2012, 6:20).
                     3  Ibid.

                                                           135
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169