Page 167 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 167

Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi



                     Jepang di seluruh wilayah bekas kolonial Belanda ini. Meskipun

                     secara umum masyarakat menyambut gembira kedatangan

                     Jepang yang berhasil menaklukkan Belanda, akan tetapi di

                     kalangan kaum pergerakan terdapat perbedaan pandangan
                     terhadap  Jepang.  Tokoh-tokoh  Gerakan  Rakyat  Indonesia

                     (Gerindo) memperlihatkan sikap anti-Jepang. Tokoh Gerindo,

                     Amir Sjarifuddin, bahkan disebut menerima 25.000 gulden dari

                     pemerintah Belanda untuk melakukan gerakan bawah tanah
                     terhadap Jepang. Sebaliknya, Partai Indonesia Raya (Parindra)

                     ingin memanfaatkan Jepang untuk menghadapi Belanda.

                     Sikap anti-Jepang juga tampak dari himbauan dr. Tjipto

                     Mangoenkoesoemo kepada rakyat Indonesia setelah Jepang

                     menyerang  Pearl  Harbour.  Dikatakan  Tjipto,  “Negeri  kita
                     sungguh-sungguh berada dalam perang. Ini berarti kita harus

                     membela hari depan anak-anak dan cucu-cucu kita yang telah

                     dididik secara Barat. Jadi, sulit mengubahnya untuk dididik

                     secara Jepang.”    4
                             Mohammad Hatta pada awalnya kurang percaya

                     Jepang akan menang melawan Sekutu. Dan Hatta yang telah

                     mengunjungi Jepang tahun 1933, juga tidak suka dengan

                     sikap fasis Jepang yang anti-demokrasi. Belakangan, setelah

                     Jepang sudah kelihatan nyata akan mengalahkan Belanda dan
                     menduduki Indonesia, Hatta nampak bisa menerima Jepang

                     asal menguntungkan bagi cita-cita Indonesia merdeka. Bahkan

                     kemudian, setelah memastikan dari pejabat tinggi pemerintah





                     4  Bijkerk (1988), op.cit. hlm. 96; Imran (2012, Jilid 6) hlm. 23.

                                                           138
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172