Page 166 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 166
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
senjata mereka yang dingin di samping kendaraan perang yang
menganggur. Selanjutnya, si prajurit Jepang menggiring para
prajurit Belanda. Senapan prajurit Jepang itu masih tersandang
di bahu ketika ia menuntun sepeda di belakang sekelompok
tawanan yang patuh.
Hingga kini, lebih tiga perempat abad kemudian, Asikin
masih bisa menggambarkan dengan terheran-heran apa yang
pernah disaksikannya itu. Ia mengatakan betapa dirinya tegak
terpana dengan mulut menganga karena menyaksikan kejadian
tersebut yang menggambarkan perubahan yang sangat drastis.
Rasa superioritas bangsa kulit putih, bangsa Belanda yang telah
menjajah bangsa Indonesia lebih 300 tahun, tiba-tiba runtuh
dengan kedatangan tentara Jepang yang rata-rata bertubuh
pendek-pendek itu dan secara fisik lebih dekat dengan orang
Indonesia sesama bangsa Asia. Apa yang baru saja ia saksikan,
adegan yang menggelikan, menyapu anggapan –mungkin
tanpa sadar– tentang superioritas orang kulit putih, sebuah
perasaan inferioritas rasial yang melekat pada dirinya. Kini
ia merasakan kegembiraan dan kebahagiaan luar biasa karena
hilangnya perasaan rendah diri itu secara tiba-tiba. Pada saat
itu, walaupun hanya dalam hati, ia menghaturkan terima kasih
yang sangat besar kepada para penyerbu dari Jepang yang telah
menghapuskan noda rasa rendah diri yang selama ini sempat
melekat pada dirinya.
Pemandangan emosional dan perasaan batin seperti
yang diceritakan Asikin, mungkin mewakili perasaan umum
kebanyakan orang Indonesia menerima kedatangan balatentara
137