Page 61 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 61
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
Anwar (lk), Sara (pr.), A. Mochtar (lk.), Siti Chairani (pr.), dan
Moegni (lk.). Dalam perjalanan selanjutnya, keluarga ini juga
berkerabat melalui perkawinan dengan keluarga terpandang
lainnya. Mochtar sendiri kelak menikah dengan Siti Hasnah,
kakak kandung dari Prof. Dr. Ali Hanafiah (adik kelas Mochtar
di STOVIA), yang juga berasal dari keluarga terpandang dan
terpelajar dari Tanah Datar. Sedangkan adik perempuan
Mochtar, bernama Siti Chairani, menikah dengan Dt. Bagindo
Kali, penguasa adat Koto Kaciak (Kumpulan) yang sudah kita
sebutkan di atas, yang wilayah kekuasaannya terbentang sejauh
mata memandang ke Padang Sawah, perbatasan Kabupaten
Pasaman dengan Kabupaten Agam sekarang. Salah seorang anak
Siti Chairani yang bernama Rika (Rebecca), atau kemenakan
Mochtar, kelak menikah dengan Dokter Februman Prohoeman,
anak lelaki dari Soetan Sjahboedin Proehoeman yang beristrikan
orang Bonjol yang masih punya hubungan kekerabatan dengan
14
keluarga Mochtar. Soetan Sjahboedin Prohoeman sama tamat
ELS Bukittinggi dan masuk STOVIA satu angkatan dengan
Achmad Mochtar (1907).
Mewarisi ulayat yang luas dan harta yang banyak,
keluarga Mochtar sejak dari generasi neneknya (pertengahan
abad ke-19) termasuk yang sudah mapan secara sekonomi.
Mungkin saja harta yang mereka miliki berasal dari kegiatan
14 Lihat Mayda Yasra, Achmad Mochtar: Dilema Seorang Dokter Masa Kolonial
(1894-1945), skripsi pada Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Andalas,
1997. Sejauh penelusuran tim penulis buku ini, skripsi tersebut adalah satu-
satunya sumber penting yang menceritakan asal-usul keluarga dan kehidupan
masa kecil Achmad Mochtar.
32