Page 65 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 65
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
16
(pedalaman) baru setelah Plakat Panjang pasca-Perang Paderi.
Salah satu isi Plakat Panjang menyatakan bahwa terhadap
orang Minangkabau tidak dikenai pajak tetapi diwajibkan
mendukung kebijakan pemerintah memperluas tanaman kopi.
Sebagaimana dicatat oleh Grave (2007), kebijakan baru kolonil
ini telah membuka berbagai peluang bagi orang Minang untuk
memperoleh kemajuan. “Baik administrasi politik maupun
kebijakan sistem tanaman kopi telah memberi kesempatan
bagi orang Minangkabau yang dapat baca-tulis (huruf) Melayu
untuk berkarier dalam sistem kolonial. Tanggapan yang penuh
semangat khususnya datang dari kelompok-kelompok yang
secara sosial dan geografis terletak di daerah tanaman kopi.
Intensitas minat orang Minangkabau terhadap pekerjaan
pegawai birokrasi (Belanda) meningkat ketika birokrasi ternyata
menjadi sarana baru yang penting menuju kekuasaan, prestise,
dan kekayaan. Dibandingkan dengan kebanyakan kelompok-
kelompok masyarakat daerah lain di Nusantara, orang
Minangkabau memiliki keuntungan tambahan karena bahasa
16 Plakat Panjang merupakan pernyataan pemerintah kolonial Belanda kepada
masyarakat Minangkabau pada tanggal 25 Oktober 1833. Ada empat poin
penting pernyataan tersebut: Pertama, larangan perang adat, perang batu, dan
perang dendam kesumat, Belanda akan menghukum nagari yang memulai
perkelahian; kedua, larangan residen atau para pejabat Belanda ikut campur
dalam pemerintahan nagari, namun jika terjadi tindak pidana maka akan diadili
oleh pengadilan Belanda; ketiga, penghulu atau pemimpin di Minangkabau
akan diangkat menjadi wakil pemerintah Belanda dengan imbalan gaji dari
Pemerintah; keempat, masyarakat akan dilindungi sepenuhnya oleh pemerintah;
dan terakhir, menegaskan tidak akan ada lagi pemungutan pajak, namun
masyarakat Minangkabau diminta (diwajibkan) untuk memperluas penanaman
kopi. Selengkapnya tentang Plakat Panjang dapat dibaca dalam buku Rusli
Amran, Sumatra Barat Plakat Panjang, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1985.
36