Page 69 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 69
Hasril Chaniago, Aswil Nazir, dan Januarisdi
gaya baru (HIS) pertama dibuka di Padang dan Bukittinggi,
tidak kurang dari seribu anak yang melamar. 19
Antusiasme orang Minangkabau yang begitu tinggi telah
menyebabkan jumlah sekolah di Minangkabau meningkat sangat
pesat selama dekade pergantian abad silam. Dalam wilayah yang
kecil dengan penduduknya yang juga tidak terlalu banyak, pada
akhir Abad ke-19, di seluruh Minangkabau (Sumatera Barat),
jumlah sekolah sudah mencapai separuh jumlah sekolah yang
ada di seluruh Pulau Jawa dan Madura. Bahkan laporan yang
lain menyebutkan, pada tahun 1925 jumlah semua sekolah yang
terdapat di Minangkabau sudah dua kali lipat jumlah sekolah
yang ada di seluruh Jawa dan Madura (Tempo, 12 Juli 1986).
Selain mendirikan sekolah-sekolah negeri (gubernemen)
untuk anak-anak pribumi dengan persyaratan tertentu,
pemerintah kolonial juga mendirikan sekolah rendah khusus
untuk anak-anak Eropa di Padang, Fort de Kock (Bukittinggi),
dan Padang Panjang yang disebut ELS (Europeesche Lagere
School, sekolah dasar khusus untuk anak-anak Eropa). Di
Minangkabau, ELS pertama didirikan di Padang akhir tahun
1864, disusul di Fort de Kock dan Padang Panjang. Tahun-
20
tahun awal berdirinya (1866), dua ELS di Padang dilaporkan
telah memiliki jumlah murid masing-masing 58 dan 156.
19 Lihat Rusli Amran, Sumatra Barat Plakat Panjang, Jakarta: Penerbit Sinar
Harapan (1985) hlm. 163.
20 Lihat P.J. Veth, Chet van Eriland van Sumatra, Amsterdam: P.N. van Kampen,
1867, hlm 315.
40