Page 64 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 64
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
keduanya kemudian dapat melanjutkan pendidikan ke STOVIA
di Batavia.
Pendidikan Barat di Minangkabau
Achmad Mochtar adalah salah satu dari sangat sedikit
orang Minangkabau yang beroleh kesempatan mendapat
pendidikan Barat di sekolah yang didirikan kolonial Belanda
pasca-Perang Paderi. Seperti yang dituliskannya pada biografi
singkatnya dalam Gunseikanbu (1986:331-333), sebelum masuk
ke STOVIA, Mochtar telah menyelesaikan pendidikan ELS
(Europeesche Lagere School, sekolah dasar khusus untuk anak-
anak Eropa) di Bukittinggi. Melihat tahun tamatnya (1906),
hampir bisa dipastikan bahwa Mochtar adalah satu dari sangat
sedikit anak pribumi yang beruntung dapat bersekolah di
sekolah dasar yang sebenarnya diperuntukkan khusus untuk
anak-anak bangsa Eropa sendiri.
Hingga dekade awal abad ke-19, orang Minangkabau
hanya mengenal pendidikan surau atau sekolah agama yang biasa
disebut madrasah. Pemerintah kolonial baru memperkenalkan
pendidikan sekuler di Minangkabau sejak pertengahan dekade
ketiga abad ke-19. Mulanya sekolah-sekolah negeri didirikan
di Kota Padang di pantai barat, sedangkan di Bukittinggi
35