Page 68 - buku 1 kak emma_merged (1)_Neat
P. 68
Prof. Dr. Achmad Mochtar: Ilmuwan Kelas Dunia Korban Kejahatan Perang Jepang
yang tinggi sehingga profesi guru menjadi terhormat. “Seorang
guru baru mendapat gaji 30 gulden, setelah (mengajar) 10 tahun
dinaikkan jadi 40 gulden, dan sesudah 20 tahun menjadi 50
gulden. Untuk setiap 50 murid diberi guru bantu (digaji 25
gulden sebulan). Kalau terlalu banyak muridnya, disediakan
guru trainee (15 gulden sebulan). Sedangkan gaji guru Sekolah
Nagari dahulu tidak banyak berbeda dengan gaji opas atau
tukang kuda seorang kontrolir (Amran, 1985:163).
Kebijakan pendidikan kolonial (memberikan subsidi dan
menyediakan gaji guru), telah mendorong makin tingginya
minat masyarakat mendirikan sekolah, dan mereka sangat
antusias mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah milik
pemerintah maupun sekolah swasta yang disubsidi pemerintah
tersebut. Walaupun kemudian terjadi perubahan kebijakan,
dengan mencabut, mengurangi, atau menolak subsidi kepada
sekolah yang baru didirikan atau dibuka kembali, kehendak
rakyat Sumatera Barat untuk belajar telah menjadi begitu
keras. Sekolah-sekolah swasta bermunculan dalam jumlah yang
mengejutkan:
Jumlahnya waktu itu termasuk Tapanuli telah hampir
200 buah di akhir abad lalu (abad-19, Pen). Jumlah murid
sekolah swasta saja kira-kira separuh dari jumlah yang ada di
Pulau Jawa dan Madura. Jumlah rata-rata murid yang belajar di
setiap sekolah swasta itu sebanyak 178, melebihi angka untuk
Jawa yang hanya 146! Pada tahun 1910, jumlah murid sekolah-
sekolah partikelir ini (11.271), dua kali lebih banyak dari jumlah
murid sekolah pemerintah. Sewaktu Sekolah Dasar Pemerintah
39