Page 127 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 127

108   Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA.


            19.  Peraturan Bupati Kabupaten Jayapura No. 320 Tahun
                2014 tentang Pembentukan 36 Kampung Adat.
                Dilihat pada  beberapa regulasi  baik pada  tingkat
            Pusat dan Daerah tersebut terdapat ketidaksamaan obyek
            pengaturan, namun  secara keseluruhan  dapat  dibagi  ke
            dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: (a) mengatur subyek dari
            tanah ulayat yaitu masyarakat adat atau dengan nama lain
            yang diakui  sebagai desa adat  seperti  mukim/gampong
            (Aceh),  nagari  (Sumatera Barat), lembang  (Toraja), desa

            pakraman  (Bali),  soa  (Ternate); (b) mengatur  obyeknya
            yaitu tanah atau hutan ulayat; dan (c) mengatur hubungan
            hukum antara  subyek dan obyeknya,  yaitu  tentang  hak
            ulayat itu sendiri. Perbedaan obyek pengaturan tersebut
            menunjukkan adanya cara pandang sektoral sesuai dengan
            bidang tugas dan kepentingan masing-masing, serta tidak
            adanya kesamaan persepsi dalam memberikan pengakuan

            dan  perlindungan dari  tanah  (masyarakat/hak)  adat
            tersebut, baik pada level pemerintahan Pusat dan daerah.
                Sebagai pedoman untuk menyelesaikan permasalahan
            tentang eksistensi  hak ulayat  telah dikeluarkan  Peraturan
            Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
            Nomor 5  Tahun 1999  tentang Pedoman Penyelesaian
            Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum  Adat. Di  dalam

            Peraturan tersebut ditegaskan syarat-syarat kumulatif untuk
            mengetahui eksis tidaknya hak ulayat di suatu daerah, yaitu:
            a.  terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat
                oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132